makalah Analisis
puisi karya Amir Hamzah
Sejarah Sastra
periode 1933-1942
Disusun
Oleh
Nama : Dede
Pratiwi
Nim : 2222101678
Kelas : 2D
Diksatrasia
universitas negeri sultan ageng tirtayasa
fakultas keguruan dan ilmu pendidika
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini, yang dipersiapkan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sastra.
Saya
berharap makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi yang membacanya,
khususnya bagi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia. Saya menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini tidaklah sempurna karena masih dalam proses pembelajaran.
Saya meminta maaf apabila masih banyak terdapat kesalahan dan ketidaksopanan
baik dalam penyampaian maupun penulisannya. Saya juga menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun kebaikan. Akhir kata saya ucapkan terimakasih. Wassalam
Serang,
Juli 2011
Dede pratiwi
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.1. Latar belakang
Sastra
adalah karya dan kegiatan seni yang berhububngan dengan ekspresi dan penciptaan
sedangkan Karya Sastra adalah karya yang diciptakan oleh manusia hasil dari
refleksi pikiran manusia yang diituangkan dalam bentuk tulisan, maupun gambar.
Hasil karya sastra dalam bentuk tulisan misalnya: novel, puisi, cerpen, dll.
Semua hasil karya sastra sangat menarik untuk dikaji.
Dalam
penulisan sajak atau puisi, setiap penyair mempersembahkannya dengan gaya
bahasa sendiri. Dan gaya bahasa juga menjadikan sebuah karya itu bermutu tinggi
di mata pembaca atau apresiator, biasanya gaya bahasa itu bergantung kepada
pengalaman, ilmu dan kemahiran berbahasa yang dimiliki tiap individu.
Bukan hanya itu, dalam menganalisis puisi kita dapat menggunakan 2 model analisis. Analisis yang pertama yaitu pendekatan terhadap karya sastra melalui 4 Kritik, yakni Kritik Mimetik (Mimetik kritikism), Kritik Pragmatik, Kritik Ekspresif, serta Kritik Objektif, lalu analisis yang kedua adalah analisis puisi berdasarkan bentuk dan isinya.
Bukan hanya itu, dalam menganalisis puisi kita dapat menggunakan 2 model analisis. Analisis yang pertama yaitu pendekatan terhadap karya sastra melalui 4 Kritik, yakni Kritik Mimetik (Mimetik kritikism), Kritik Pragmatik, Kritik Ekspresif, serta Kritik Objektif, lalu analisis yang kedua adalah analisis puisi berdasarkan bentuk dan isinya.
Oleh sebab itu maka saya akan menganalisis
puisi Malam karangan Amir Hamzah dengan menggunakan 2 model analisis tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat diketahui beberapa rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimana bentuk dan isi dari puisi Malam, karangan Amir Hamzah
2.
Bagaimana pendekatan terhadap karya sastra melalui 4 kritik dari puisi Malam,
karangan Amir Hamzah
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka dapat diketahui beberapa tujuan masalah, yaitu :
1. Mengetahui bentuk dan isi dari puisi Malam, karangan Amir Hamzah
2.
Mengetahui pendekatan terhadap karya sastra melalui 4 kritik dari puisi Malam,
karangan Amir Hamzah
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Puisi
Malam, karya Amir Hamzah
Malam
Daun
bergamit berpaling muka
Mengambang
tenang di laut cahaya
Tunduk
mengurai surai terurai
Kelapa
lampai melambai bidai
Nyala
pelita menguntum melati
Gelanggang
sinar mengembang lemah
Angin
mengusap menyayang pipi
Balik-berbalik
menyerah-nyerah
Air
mengalir mengilau-sinau
Riak
bergulung pecah-memecah
Nagasari
keluar meninjau
Membanding
purnama di langit cerah
Lepas
rangkum pandan wangi
Terserak
harum pemuja rama
Hinggap
mendakap kupu berahi
Berbuai-buai
terlayang lena
Adikku
sayang berpangku guring
Rambutmu
tuan kusut melipu
Aduh
bahagia bunga kemuning
Diri
dihimpit kucupan rindu
2.1.1
Biodata pengarang
BIODATA PENGARANG
Nama : Tengku Amir Hamzah Indera Putera
Lahir : Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara, 28 Februari 1911
Meninggal : Kuala Begumit, 20 Maret 1946
Pendidikan:
- Sekolah Menengah Langkatsche School (HIS)
- MULO di Medan dandi Jakarta,
- Aglemeene Middelbare School (AMS) jurusan Sastra Timur di Solo,
- Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta
Karir:
Sasatrawan, Penyair
- Wakil Pemerintah Republik Indonesia untuk Langkat yang berkedudukan di Binjai, 29 Oktober 1945-20 Maret 1946
Karya:
kumpulan sajak Buah Rindu, Nyanyi Sunyi, Setanggi Timur, Terjemah Baghawat Gita
Penghargaan:
Diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1975
Nama : Tengku Amir Hamzah Indera Putera
Lahir : Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara, 28 Februari 1911
Meninggal : Kuala Begumit, 20 Maret 1946
Pendidikan:
- Sekolah Menengah Langkatsche School (HIS)
- MULO di Medan dandi Jakarta,
- Aglemeene Middelbare School (AMS) jurusan Sastra Timur di Solo,
- Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta
Karir:
Sasatrawan, Penyair
- Wakil Pemerintah Republik Indonesia untuk Langkat yang berkedudukan di Binjai, 29 Oktober 1945-20 Maret 1946
Karya:
kumpulan sajak Buah Rindu, Nyanyi Sunyi, Setanggi Timur, Terjemah Baghawat Gita
Penghargaan:
Diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1975
2.2 Analisis puisi berdasarkan
model pendekatannya terhadap karya sastra
Berdasarkan model
pendekatan terhadap karya sastra, kritik sastra digolongkan menjadi empat tipe:
1.Kritik
Mimetik (Mimetik kritikism)
Kritik mimetik
memandang karya sastra sebagai tiruan, pencerminan, atau penggambaran dunia
luar dan kehidupan manusia. Kriteria yang utama dikenakan pada karya sastra
adalah ‘kebenaran’ penggambarannya terhadap objek yang digambarkan atau hendak
digambarkan. Dalam puisi Malam, mimetik terlihat pada baris yang berbunyi:
v Membanding purnama di langit cerah (bait
ke 3, baris ke 4)
2.
Kritik Pragmatik
Kritik ini memandang
karya sastra sebagai sesuatu yang disusun untuk mencapai efek-efek tertentu
pada pembaca. Kritik pragmatik cenderung menimbang nilai karya sastra sesuai
dengan keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut.
Dalam
puisi Malam ini, Amir Hamzah cenderung menulis puisi bait demi bait dengan rima
yang sesuai dan enak didengar telinga walaupun terkadang beliau justru membuat
kata baru yang aneh dan tidak ada dalam bahasa Indonesia. Hal itu dilakukan
agar mencapai efek terbaik bagi puisinya.
Seperti pada bait ke 5
Adikku
sayang berpangku guring
Rambutmu
tuan kusut melipu
Aduh
bahagia bunga kemuning
Diri
dihimpit kucupan rindu
Rima yang Amir Hamzah
ciptakan sungguh indah, diakhiri dengan huruf yang hampir bertautan, namun
sayangnya agak terlihat memaksa agar puisi terdengar indah sebab kata guring,
melipu, merupakan kata yang asing dalam bahasa Indonesia.
3.
Kritik Ekspresif
Kritik ekspresif
mendefenisikan puisi sebagai ekspresi, curahan, ucapan perasaan, atau sebagai
produk imajinasi penyair. Kritik ini menghubungkan karya sastra dengan
pengarang. Puisi Malam merupakan refleksi dari Amir Hamzah yang merupakan
ungkapan isi hatinya pada saat itu.
4.Kritik
Objektif
Kritik
ini menganggap karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri bebas dari penyair,
pembaca, dan dunia sekitarnya. Kriteria utama dalam kritik objektif adalah
kriteria intristik. Puisi karya Amir Hamzah ini terdiri dari 20 baris. Penyair
menuliskan puisinya seakan bercerita. Dalam puisi ini, terdapat;
Majas personifikasi
Contohnya : Daun
bergamit berpaling muka
2.3
Analisis puisi berdasarkan bentuk dan isinya
1.
Berdasarkan bentuknya
puisi Malam mempunyai
20baris dengan bentuk seakan bercerita. Puisi ini tidak mempunyai ritme akan
tetapi puisi ini mempunyai rima seperti:
Air
mengalir mengilau-sinau
Riak
bergulung pecah-memecah
Nagasari
keluar meninjau
Membanding
purnama di langit cerah
Bahasa
Figuratif dalam Puisi
Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks. Dalam puisi malam ini terdapat beberapa majas yakni:
Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks. Dalam puisi malam ini terdapat beberapa majas yakni:
a.Majas
personifikasi
Majas personifikasi
adalah majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia
kepada benda mati seolah-olah hidup. Dalam puisi Malam majas personbifikasi
terdapat pada:
Daun
bergamit berpaling muka (bait ke 1, baris ke 1)
Kelapa
lampai melambai bidai (bait ke 1, baris ke 4)
Bait
ke 2
Nyala
pelita menguntum melati
Gelanggang
sinar mengembang lemah
Angin
mengusap menyayang pipi
Balik-berbalik
menyerah-nyerah
b.Majas
Hiperbola
Majas Hiperbola adalah
majas yang bersifat melebih-lebihkan sesuatu, hingga mendapatkan susunan kata
yang indah dalam puisi. Dalam puisi Malam majas
hiperbola terdapat pada:
Air
mengalir mengilau-sinau
Riak
bergulung pecah-memecah
Nagasari
keluar meninjau
Membanding
purnama di langit cerah
2.
Bedasarkan isinya
Puisi
Malam merupakan puisi yang dibuat sebagai suasana hati pengarang pada saat itu
yang sedang dilanda rindu kepada kekasihnya. Tiap individu dapat saja
mengartikan puisi sesuai dengan behavior serta segi kognitif masing-masing
individu yang tentu saja berbeda. Hal ini sesuai dengan prinsip karya sastra
yang bersifat ekspresif bagi penyair yang tentu saja antara pembaca serta penyair
memiliki perbedaan dalam mengartikan karya sastra tersebut. Maka dari itu
menurut saya pribadi arti dari tiap baris adalah sebagai berikut:
Malam
Daun
bergamit berpaling muka
Daun bergoyang terkena
hembusan angin sehingga kelopak daun tidak bertemu antara bagian atas daun dan bagian bawahnya
Mengambang
tenang di laut cahaya
Tunduk
mengurai surai terurai
Daun-daun itu terlihat sangat tenang bila dilihat dari
kejauhan dimalam hari yang hanya dihiasi sinar rembulan
Kelapa
lampai melambai bidai
Daun kelapa pun ikut melambai terkena hembusan angin
malam
Nyala
pelita menguntum melati
Cahaya lampu seperti menyinari bunga melati itu
Gelanggang
sinar mengembang lemah
Namun perlahan cahaya itu makin redup
Angin
mengusap menyayang pipi
Angin malam menghembus kulit pipi
Balik-berbalik
menyerah-nyerah
Angin malam bertaut berhembusan
Air
mengalir mengilau-sinau
Air yang mengalir terlihat silau sebab terkena
cahaya
Riak
bergulung pecah-memecah
Nagasari
keluar meninjau
Membanding
purnama di langit cerah
Riak airnya agak
berombak terkena hembusan angin malam, lalu ada yang keluar membandingkan bulan
purnama dilangit yang cerah, sungguh perpaduan warna yang kontras. Langit hitam
pekat dihiasi bulan purnama, perbandingan yang sangat indah.
Lepas
rangkum pandan wangi
Terserak
harum pemuja rama
Hinggap
mendakap kupu berahi
Berbuai-buai
terlayang lena
Wangi daun pandan
terhempas oleh angin yang berhembus, sehingga menyebarkan wanginya kemana-mana,
menjebak siapapun yang mencium wanginya. Sehingga terbuai oleh wanginya yang
memabukkan.
Begitupula dirimu
kekasihku, sangat indah sekali sehingga membuatku merasa sangat terbuai oleh
cintamu.
Adikku
sayang berpangku guring
Rambutmu
tuan kusut melipu
Aduh
bahagia bunga kemuning
Diri
dihimpit kucupan rindu
Kekasihku tercinta,
lihat diriku disini betapa merindunya aku padamu, bisakah kau lihat keadaanku
sekarang ini. Rindu yang kian membuncah kian tak tertahan lagi.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
iii.i saran
Demikianlah
makalah analisis ini saya buat dengan berbagai kekekurangan dalam pembuatannya,
yang tentu saja dikarenakan hakikat manusia sebagai tempat kekurangan dan
kesalahan. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kebaikan dikemudian hari. semoga makalah ini bermanfaat untuk
berbagai pihak. Wassalamualaikum wrb.
tema puisi ini apa ?
BalasHapus