LAPORAN
OBSERVASI
MENGAMATI
GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VII DAN VIII SEMESTER 1 SMP PGRI
BOJONEGARA
DENGAN
KOMPONEN PENDEKATAN
STRATEGI
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
ANGGOTA
KELOMPOK:
DEDE
PRATIWI SUSILOWATI 2222101678
Kelas III
D
Diksatrasia
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2011/2012
PENDAHULUAN
Guru adalah bagian dari kesadaran
sejarah pendidikan di dunia. Citra guru berkembang dan berubah sesuai dengan
perkembangan dan perubahan konsep dan persepsi manusia terhadap pendidikan dan
kehidupan itu sendiri. Profesi guru pada mulanya dikonsep sebagai kemampuan
memberi dan mengembangkan pengetahuan peserta didik. Dalam suatu sekolah yang
apabila program pendidikan tersebut bertujuan agar siswanya mencapai
perkembangan optimal sebagai individu dan makhluk sosial, maka pendidikan di
sekolah itu tidak cukup dengan memberikan program kurikulum mata pelajaran
saja, tetapi mata pelajaran tersebut harus diajarkan dan diatur dengan cara
yang baik, sedangkan jika siswa menghadapi masalah dalam rangka penyelesaian
program pendidikan di sekolah, dimana masalah itu tidak hanya terbatas masalah
mengenai pelajaran, maka sekolah perlu mengadakan usaha untuk membantu siswa
dalam memecahkan masalahnya. Siswa sebagai anak didik dalam kehidupannya tidak
terlepas dari berbagai macam masalah apakah itu masalah internal atau masalah
eksternal siswa, baik masalah yang ringan maupun masalah yang berat, semuanya
memerlukan pemecahan sebagai jalan keluarnya. Kita ketahui bahwa tidak semua
orang mampu memecahkan masalahnya sendiri, baik orang dewasa terlebih lagi anak
yang masih dalam taraf perkembangan menuju kedewasaan, maka orang dewasalah
yang dapat membimbing dan membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.
Jadi jelas bahwa dalam kegiatan
belajar mengajar biasanya banyak masalah yang timbul terutama dirasakan oleh
siswa. Guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar
berhasil dalam belajarnya. Untuk itu hendaknya guru memberikan bantuan kepada
siswa untuk mengatasi masalah yang timbul dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Disini letak pentingnya guru sebagai pendidik untuk membantu siswa agar dapat
berhasil dalam pelajaran sehingga proses belajar mengajar berjalan lancar
sesuai dengan yang diharapkan. Pendekatan-Pendekatan Guru dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa.
Pengertian
Belajar menurut C.T. Morgan dalam buku Introduction To Psychology (1961),
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai
akibat / hasil dari pengalaman yang lalu. Ringkasnya ia mengatakan bahwa
belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.Siswa mengalami suatu
proses belajar.
Dalam
proses belajar tesebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari
bahan belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang
dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya
informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi
dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar, akan kemampuan
dirinya.
Pengertian
Mengajar Jerome S. Brunner dalam bukunya Toward a theory of instruction
mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan
dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa. Ngalim
Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (1998: 150)
mengemukakan yang dimaksud dengan mengajar ialah memberikan pengetahuan atau
melatih kecakapan-kecakapan atau keterampilan-keterampilan kepada anak-anak.
HASIL OBSERVASI
A.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN
a.
Konten isi pembelajaran
Pembelajaran yang akan dipelajari : menyimak,
berbicara, membaca, menulis
b.
Bahan
Bahan rencana pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Indonesia SMP PGRI Bojonegara VII/1:
1.
menyimpulkan
isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat yang diambil bahannya dari
TV/radio/ kaset cd berita
2.
menuliskan
kembali berita yang dibacakan kedalam beberapa kalimat yang bahannya diambil
dari teks berita, TV/radio/ kaset cd berita.
3.
menceritakan
pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan kata yang efektif yang
bahannya diambil dari buku teks siswa atau pengalaman pribadi siswa yang
mengesankan.
4.
menyampaikan
pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat lugas yang
bahannya diambil dari selebaran pengumuman lingkungan/ buku teks.
5.
menemukan
makna kata tertentu dalam kamus secara cepat dan tapat sesuai dengan konteks
yang diinginkan melalui kegiatan membaca dan memindai yang bahannya diambil
dari kamus istilah atau KBBI, buku bacaan teks nonsastra.
6.
Memenuhi
hal-hal menarik dari dongeng yang yang diperdengarkan yang bahannya diambil
dari buku teks, buku bacaan.
7.
Bercerita
dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gesture, dan mimic yang tepat
yang bahannya diambil dari buku teks.
Bahan rencana pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia SMP PGRI
Bojonegara kelas VIII/1:
1.
Menemukan
informasi secara cepat dan tepat dari ensiklopedi atau buku telepon dengan
membaca memindai yang bahannya diambil dari ensiklopedi dan buku telepon
2.
Menulis
surat dinas berkaitan dengan kegiatan sekolah dengan sistematika yang tepat dan
bahasa yang baku yang bahannya diambil dari buku surat menyurat seperti surat
dinas sekolah.
3.
Berwawancara
dengan narasumber dari berbagai kalangan dengan memperhatikan etika
berwawancara yang bahannya diambil dari rekaman wawancara narasumber.
4.
Menulis
petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang
efektif yang bahannya diambil dari model-model petunjuk.
5.
Menganalisis
laporan yang bahannya diambil dari kumpulan teks laporan, rekaman laporan.
6.
Menanggapi
isi laporan yang bahannya diambil dari teks laporan narasumber siswa
7.
Menulis
laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar yang bahannya diambil
dari kegiatan pentas seni, contoh laporan kegiatan
8.
Menyampaikan
laporan secara lisan dengan bahasa yang baik dan benar yang bahannya diambil
dari kumpulan teks laporan
9.
Mendeskripsikan
tempat atau arah dalam konteks yang sebenarnya dengan yang tertera pada denah
yang bahannya diambil dari denah dan peta
10. Menyampaikan laporan secara lisan dengan
bahasa yang baik dan benar yang bahannya diambil dari kumpulan teks laporan
11. Membuat synopsis novel remaja yang bahannya
diambil dari novel remaja Indonesia
c.
Strategi pembelajaran
Untuk dapat melaksanakan proses belajar mengajar
yang efektif, ada beberapa strategi mengajar yang dilakukan oleh guru bidang
studi bahasa Indonesia SMP PGRI Bojonegara, yakni:
(1). Menciptakan pertanyaan-pertanyaan,
masalah-masalah dan pemecahannya.
Guru bahasa Indonesia SMP PGRI Bojonegara menciptakan pertanyaan-pertanyaan, masalah-masalah dan pemecahannya. Pada saat proses belajar mengajar dikelas, setelah guru menjelaskan materi lalu guru membuat pertanyaan-pertanyaan, masalah-masalah dan pemecahannya sendiri. Lalu guru melontarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada siswa. Diharapkan dengan cara tersebut siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru dan tetap menginggatnya.
Guru bahasa Indonesia SMP PGRI Bojonegara menciptakan pertanyaan-pertanyaan, masalah-masalah dan pemecahannya. Pada saat proses belajar mengajar dikelas, setelah guru menjelaskan materi lalu guru membuat pertanyaan-pertanyaan, masalah-masalah dan pemecahannya sendiri. Lalu guru melontarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada siswa. Diharapkan dengan cara tersebut siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru dan tetap menginggatnya.
(2). Mengajak siswa
untuk saling berinteraksi.
Guru mengajak siswa untuk saling berinteraksi dan berdiskusi. Misalnya ada sebuah materi, dan ada sebuah kasus, maka siswa diajak untuk saling berinteraksi, berdiskusi dengan cara berkelompok. Misalnya ada materi tentang memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengar berita seperti yang ada pada standar kompetensi kelas VII/1. Maka guru bahasa Indonesia mengajak para siswa untuk membentuk sebuah kelompok dalam satu kelas dibagi beberapa kelompok. Dan mereka diajak berdiskusi dan menyampaikan pendapat mereka masing-masing lalu kemudian dipaparkan kembali untuk didiskusikan bersama kelompok lain untuk pada akhirnya dibuat kesimpulan dari diskusi tersebut. Sebab menurut Piaget, pertukaran gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat di-ajarkan secara langsung, per-kembangkannya dapat distimulasi melalui interaksi dengan siswa pada tingkat yang sama.
Guru mengajak siswa untuk saling berinteraksi dan berdiskusi. Misalnya ada sebuah materi, dan ada sebuah kasus, maka siswa diajak untuk saling berinteraksi, berdiskusi dengan cara berkelompok. Misalnya ada materi tentang memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengar berita seperti yang ada pada standar kompetensi kelas VII/1. Maka guru bahasa Indonesia mengajak para siswa untuk membentuk sebuah kelompok dalam satu kelas dibagi beberapa kelompok. Dan mereka diajak berdiskusi dan menyampaikan pendapat mereka masing-masing lalu kemudian dipaparkan kembali untuk didiskusikan bersama kelompok lain untuk pada akhirnya dibuat kesimpulan dari diskusi tersebut. Sebab menurut Piaget, pertukaran gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat di-ajarkan secara langsung, per-kembangkannya dapat distimulasi melalui interaksi dengan siswa pada tingkat yang sama.
(3). Menggunakan
istilah teknis.
Hasil searching di google beberapa waktu yang lalu kami menemukan statement penelitian mengungkapkan bahwa bahasa dapat memperjelas dan memperkaya gagasan/ide para siswa pada tingkat perkembangan yang tinggi. Tetapi istilah-istilah teknis dalam pembelajaran seringkali merintangi alam fikir mereka karena mereka terpaku pada satu istilah saja tanpa memahami konsep dasar istilah tersebut. Namun guru bahasa Indonesia di SMP PGRI Bojonegara menggunakan istilah teknis dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikelas. Guru menyuruh siswa mencari kata yang sulit yang ditemukan dalam sebuah wacana yang ada dibuku paket, ataupun di Koran harian, atau dari mana saja, lalu siswa disuruh mencari makna dari kata sulit tersebut dikamus bahasa Indonesia yang mereka bawa sebelumnya dari rumah.
Hasil searching di google beberapa waktu yang lalu kami menemukan statement penelitian mengungkapkan bahwa bahasa dapat memperjelas dan memperkaya gagasan/ide para siswa pada tingkat perkembangan yang tinggi. Tetapi istilah-istilah teknis dalam pembelajaran seringkali merintangi alam fikir mereka karena mereka terpaku pada satu istilah saja tanpa memahami konsep dasar istilah tersebut. Namun guru bahasa Indonesia di SMP PGRI Bojonegara menggunakan istilah teknis dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikelas. Guru menyuruh siswa mencari kata yang sulit yang ditemukan dalam sebuah wacana yang ada dibuku paket, ataupun di Koran harian, atau dari mana saja, lalu siswa disuruh mencari makna dari kata sulit tersebut dikamus bahasa Indonesia yang mereka bawa sebelumnya dari rumah.
(4). Menganjurkan
siswa berpikir dengan cara mereka sendiri.
Guru menganjurkan siswa berfikir dengan cara mereka sendiri, siswa boleh mengutarakan pendapat mereka sebebas mungkin namun sesuai dengan batasan yang ada tanpa mengurangi nilai esensi dari demokrasi siswa. Pada SMP PGRI Bojonegara guu memancing siswa untuk menjelaskan suatu materi yang belum guru jelaskan sebelumnya. Misalnya dalam materi ragam teks nonsastra meteri kelas VII/1, sebelum guru menjelaskan apa saja yang masuk kedalam materi ragam teks nonsastra, guru bertanya terlebih dahulu kepada para siswa apa saja sih yang masuk dalam ragam teks nonsastra. Guru memancing terlebih dahulu, membiarkan siswa mengemukakan pendapat mereka sendiri. Lalu baru guru menjelaskan materinya, menambahkan yang siswa kemukakan, atau mengoreksi apabila ada kesalahan dalam pendapat siswa.
Guru menganjurkan siswa berfikir dengan cara mereka sendiri, siswa boleh mengutarakan pendapat mereka sebebas mungkin namun sesuai dengan batasan yang ada tanpa mengurangi nilai esensi dari demokrasi siswa. Pada SMP PGRI Bojonegara guu memancing siswa untuk menjelaskan suatu materi yang belum guru jelaskan sebelumnya. Misalnya dalam materi ragam teks nonsastra meteri kelas VII/1, sebelum guru menjelaskan apa saja yang masuk kedalam materi ragam teks nonsastra, guru bertanya terlebih dahulu kepada para siswa apa saja sih yang masuk dalam ragam teks nonsastra. Guru memancing terlebih dahulu, membiarkan siswa mengemukakan pendapat mereka sendiri. Lalu baru guru menjelaskan materinya, menambahkan yang siswa kemukakan, atau mengoreksi apabila ada kesalahan dalam pendapat siswa.
(5) Perkenalan ulang
(reintroduce).
Guru SMP PGRI Bojonegara sebelum memulai suatu materi baru, guru mereview kembali apa saja yang sudah diulas pada pertemuan sebulumnya dengan cara menanyakan pada anak didik mengenai materi apa saja yang sudah diulas sebelumnya. Hal itu dilakukan agar para siswa tetap mengingat materi dan tidak melupakannya pada saat melanjutkan materi baru.
Guru SMP PGRI Bojonegara sebelum memulai suatu materi baru, guru mereview kembali apa saja yang sudah diulas pada pertemuan sebulumnya dengan cara menanyakan pada anak didik mengenai materi apa saja yang sudah diulas sebelumnya. Hal itu dilakukan agar para siswa tetap mengingat materi dan tidak melupakannya pada saat melanjutkan materi baru.
d.
Prilaku guru
Pada saat proses belajar mengajar dikelas,
guru bahasa Indonesia SMP PGRI Bojonegara sengaja bersikap ramah kepada setiap
anak, guru melakukan pendekatan psikologis terhadap setiap siswa secara
personal maupun tidak. Apalagi SMP PGRI Bojonegara ini letaknya disebuah desa
Bojonegara yang bisa dibilang hubungan antara murid dan guru lumayan dekat
secara personal karena sekolah ini merupakan sekolah yang ada didesa, dengan
sifat masyarakat desa itu pada dasarnya adalah homogen, berbeda dengan dikota
yang masyarakatnya bersifat heterogen. Sehingga memudahkan guru melakukan
pendekatan kepada para siswa agar dapat lebih memahami karakter sikap
masing-masing siswa. Hal itu dilakukan agar siswa merasa nyaman pada pelajaran
bahasa Indonesia, sebab apabila siswa sudah merasa nyaman pada seorang guru,
maka meraka akan menyukai pula mata pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dari
yang kami perhatikan nampaknya guru lebih memperhatikan siswa yang duduk
dibangku belakang, sebab siswa yang
duduk dibelakang biasanya suka sekali mengantuk, dan tidak memperhatikan
pelajaran. Maka sebab itu apabila guru membuat sebuah pertanyaan, maka yang
dilontarkan terlebih dahulu adalah para siswa yang duduk dibagian belakang. Hal
itu akan menyebabkan siswa fokus kepda pelajaran yang diberikan guru dikelas.
e.
Menstrukturkan pembelajaran
Guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP
PGRI Bojonegara menstrukturkan pembelajaran dengan 3 bagian, yakni:
1.
pembukaan
: melakukan salam, dilanjutkan dengan melontarkan pertanyaan apakah siswa masih
mengingat materi sebelumnya, lalu mereview materi yang sudah diulas pada
pertemuan sebelumnya.
2.
Inti :
setelah selesai mereview materi pada pertemuan sebelumnya, kemudian guru masuk
kedalam materi baru. Namun sebelumnya guru bertanya apakah sudah ada yang
membaca materi baru ini dirumah, guru sengaja memancing pertanyaan-pertanyaan
agar siswa aktif dikelas. Lalu setelah itu baru guru menjelaskan materi yang
harus disampaikan tersebut.
3.
Penutup
: setelah pemberian materi selesai, guru memberikan tugas sesuai dengan materi,
lalu kemudian guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam.
f.
Lingkungan belajar
Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan
pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif.
Lingkungan pembelajaran dalam hal ini, adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti
kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan
lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan informasi
menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.
Lingkungan belajar dapat diciptakan sedemikian rupa, sehingga dapat
memfasilitasi anak dalam melaksanakan kegiatan belajar. Lingkungan belajar
dapat merefleksikan ekspektasi yang tinggi bagi kesuksesan seluruh anak secara
individual. Dengan demikian, lingkungan belajar merupakan situasi yang
direkayasa oleh guru agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Menurut Saroni (2006) dalam Kusmoro (2008), lingkungan pembelajaran
terdiri atas dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang ada disekitar siswa
belajar berupa sarana fisik baik yang ada dilingkup sekolah, dalam hal
ini dalam ruang kelas belajar di sekolah. Lingkungan fisik dapat berupa sarana
dan prasarana kelas, pencahayaan, pengudaraan, pewarnaan, alat/media belajar,
pajangan serta penataannya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan pola
interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Interaksi yang dimaksud
adalah interkasi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan
sumber belajar, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, lingkungan sosial yang baik
memungkinkan adanya interkasi yang proporsional antara guru dan siswa dalam
proses pembelajaran.
Menurut Mulyasa (2006), dalam upaya menciptakan lingkungan pembelajaran
yang kondusif bagi anak, guru harus dapat memberikan kemudahan belajar kepada
siswa, menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai,
menyampaikan materi pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang memungkinkan
siswa belajar. Oleh karena itu, peran guru selayaknya membiasakan pengaturan
peran dan tanggung jawab bagi setiap anak terhadap terciptanya lingkungan fisik
kelas yang diharapkan dan suasana lingkungan sosial kelas yang menjadikan
proses pembelajaran dapat berlangsung secara bermakna. Dengan terciptanya
tanggung jawab bersama antara anak dan guru, maka akan tercipta situasi
pembelajaran yang kondusif dan bersinergi bagi semua anak (Kusmoro, 2008).
Di SMP PGRI Bojonegara ini lingkungan belajar untuk pelajaran bahasa
Indonesia sudah cukup kondusif. Walaupun tidak ada hal yang sempurna didunia
ini, namun kami rasa sudah cukup baik. Dalam mengorganisasikan ruang fisik
kelas, juga sangat ditentukan oleh tipe aktivitas pembelajaran yang
direncanakan untuk dilaksanakan oleh anak. Dalam hal ini, perbedaan level
kelas, kecepatan materi antar kelas, aktivitas kelompok dan aktivitas
individual harus dapat terakomodasi secara fleksibel dalam penataan lingkungan
fisik kelas. Menurut Renne (2007) dalam Santrock (2008), penataan kelas
standar dapat dilakukan dalam lima gaya penataan, yaitu auditorium, tatap-muka,
off-set, seminar, dan klaster.
- Gaya
auditorium, gaya susunan kelas di mana semua siswa duduk menghadap guru.
- Gaya tatap muka, gaya susunan
kelas di mana siswa saling menghadap.
- Gaya off-set, gaya susunan
kelas di mana sejumlah siswa (biasanya tiga atau empat anak) duduk di
bangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
- Gaya seminar, gaya susunan
kelas di mana sejumlah besar siswa (sepuluh atau lebih) duduk disusunan
berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.
- Gaya klaster, gaya susunan
kelas di mana sejumlah siswa (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja
dalam kelompok kecil.
SMP PGRI
Bojonegara sendiri menggunakan gaya auditorium yang gaya penyusunan kelas
dimana semua siswa duduk menghadap guru. Dengan penataan bangku, kursi murid
menghadap kearah guru dan papan tulis. Hal itu dilakukan agar perhatian siswa
fokus kepada guru dan tidak terpecah ke hal yang lain. Dan hal itu sudah
terbukti berhasil karena menjadi gaya penataan kelas yang popular di Indonesia
dan menyebabkan siswa fokus ke guru.
Menurut
Weinstein dan Mignano (1997) dalam santrock (2008), kelas juga penting
untuk dilakukan personalisasi, meskipun bagi sekolah yang menggunakan sistem moving
class terdapat beberapa kelas yang belajar dalam satu hari. dan SMP PGRI
Bojonegara ini tidak melakukan moving class Karena menganggap system ini belum
tepat dilakukan di sekolah ini karena memakan waktu cukup lama hanya untuk
perpindahan siswa ke kelas lain pada saat pergantian pelajaran.
Sedangkan untuk
pengelolaan kelas yang positif untuk pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata
pelajaran bahasa Indonesia di SMP PGRI Bojonegara menggunakan gaya manajemen
kelas otoritatif berasal dari gaya parenting, di mana guru yang otoritatif akan
mempunyai siswa yang cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama
dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Strategi manajemen
kelas otoritatif, mendorong siswa untuk menjadi pemikir yang independen dan
pelaku yang independen, tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit
monitoring siswa. Guru otoritatif akan menjelaskan aturan, regulasi dan
menentukan standar dengan masukan dari siswa.
g. Pembelajar
Para pembelajar mata pelajaran bahasa
Indonesia di SMP PGRI Bojonegara umumnya adalah anak-anak yang juga tinggal
didaerah Bojonegara dan beberapa daerah sekitarnya. Dengan kisaran umur
13-14tahun untuk siswa kelas VII dan kisaran umur 14-15tahun untuk kelas VIII.
Kebanyakan dari siswa berjenis kelamin
perempuan dan sisanya lelaki dengan perbandingan sekitar 60:40 antara siswa
perempuan dan lelaki.
h.
Durasi pembelajaran
Kelas VII semester 1 SMP PGRI Bojonegara
No.
|
Kompetensi dasar
|
Alokasi pembelajaran
|
1.
|
Menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam beberapa
kalimat.
|
2x40
|
2.
|
Menuliskan kembali berita yang dibacakan kedalam
beberapa kalimat.
|
2x40
|
3.
|
Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan
menggunakan kata yang efektif.
|
6x40
|
4.
|
Menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat
serta menggunakan kalimat lugas.
|
6x40
|
5.
|
menemukan makna kata tertentu dalam kamus secara cepat
dan tapat sesuai dengan konteks yang diinginkan melalui kegiatan membaca dan
memindai.
|
2x40
|
6.
7.
|
Memenuhi hal-hal menarik dari dongeng yang yang
diperdengarkan.
Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,
intonasi, gesture, dan mimic yang tepat.
|
2x40
6x40
|
Kelas VIII semester 1 SMP PGRI BOJONEGARA
|
|
|
No.
|
Kometensi dasar
|
Alokasi waktu
|
1.
|
Menemukan informasi secara cepat dan tepat dari
ensiklopedi atau buku telepon dengan membaca memindai
|
4x40
|
2.
.
|
Menulis surat dinas berkaitan dengan kegiatan sekolah
dengan sistematika yang tepat dan bahasa yang baku
|
2x40
|
3.
|
Berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan dengan
memperhatikan etika berwawancara
|
4x40
|
4.
|
Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang
tepat dan menggunakan bahasa yang efektif.
|
4x40
|
5.
|
Menganalisis laporan
|
4x40
|
.6.
|
Menanggapi isi laporan
|
4x40
|
7.
8.
|
Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan
benar
Menyampaikan laporan secara lisan dengan bahasa yang
baik dan benar
|
4x40
4x40
|
9.
|
Mendeskripsikan tempat atau arah dalam konteks
yang sebenarnya dengan yang tertera pada denah
|
4x40
|
10.
|
Menyampaikan laporan secara lisan dengan bahasa yang
baik dan benar
|
2x40
|
11.
|
Membuat synopsis
novel remaja
|
2x40
|
i. lokasi pembelajaran
Lokasi pembelajaran dilakukan di SMP PGRI
Bojonegara yang terletak di jalan id ris no 2 kecamatan Pulo Ampel, kelurahan pulo Ampel, kabupaten
serang.
B.KARAKTERISTIK
GURU
Ada beberapa yang harus dilakukan guru agar
efektif belajar:
1.
Apakah
guru melakukan review harian : guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP PGRI
Bojonegara memberikan PR kepada siswa di setiap akhir pertemuan, hal itu
dilakukan guna siswa tetap mengingat materi yang sudah guru berikan. Dan juga
melakukan pertanyaan guna mereview materi pada pertemuan sebelumnya.
2.
Apakah
guru menyiapkan materi baru : guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP PGRI
Bojonegara selalu menyiapkan materi baru setelah materi pada pertemuan
sebelumnya telah selesai.
3.
Apakah
guru melakukan praktik terbimbing : guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP
PGRI Bojonegara membimbing para peserta didiknya. Dia memberitahu kepada siswa
mana yang benar dan mana yang salah dalam setiap materi yang diajarkannya
melalui pemberian contoh yang ditulis dipapan tulis maupun berdasarkan latihan
soal yang ada dibuku.
4.
Apakah
guru menyiapkan balikan dan koreksi : guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP
PGRI Bojonegara selalu bertanya disetiap pertemuan, apakah para pembelajar
mengerti atau tidak dengan materi yang disampaikan. Apabila ada yang tidak
mengerti maka guru melakukan penjelasan umum ulang dengan memancing siswa lain
untuk turut menjelaskan materi. Agar kelas kondusif dan aktif.
5.
Apakah guru
melaksanakan praktik mandiri : guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP PGRI
Bojonegara memberikan tugas individu dan juga kelompok, serta memberikan PR
kepada para siswa. Biasanya tugas individu diberikan agar siswa makin paham
dengan materi yang sudah diberikan guru, agar siswa tidak lupa. Dan tugas
kelompok diberikan kepada siswa dengan pembagian jumlah yang merata, dan tugas
kelompok diberikan waktu yang lebih lama daripada tugas individu maupun PR.
C.PENDEKATAN
Pendekatan pengajaran yang
dilakukan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP PGRI bojonegara
adalah Pendekatan Komunikatif . Menurut David Nunan (1989) dalam Solchan T.W.,dkk
(2001:66). pembelajaran bahasa hendak dibelajarkan menggunakan pendekatan komunikatif.
Dimana pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa adalah suatu system untuk
mengekspresikan suatu makna, yang menekankan fasa dimensi semantik dan
komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa. Oleh karna itu yang perlu ditonjolkan
adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa.
Teori belajar yang cocok untuk pendekatan
ini adalah teori pemerolehan bahasa ke dua secara alamiah. Teori ini
beranggapan bahwa proses belajar lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara
alamiah sehingga proses belajar bahasa lebih efektif dilakukan melalui komunikasi
langsung dalam bahasa yang dipelajari. Kebutuhan siswa yang utama dalam belajar
bahasa berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi maka tujuan umum pembelajaran
bahasa adalah untuk mengembangkan siswa untuk berkomunikasi. Dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif siswa dihadapkan pada situasi
komunikasi nyata , seperti tukar menukar informasi, negoisasi makna atau kegiatan
lain yang sifatnya riil. Dalam pendekatan komunikatif peran guru hanya bersifat
memfasilitasi proses komunikasi , partisipan tugas dan teks, menganalisa
kebutuhan, konselor dan manajer pembelajaran.
Sementara siswa berposisi pada pemberi dan penerima,
negosiator, dan interaktor sehingga siswa tidak hanya menguasai bentuk-bentuk
bahasa, tetapi bentuk dan maknanya dalam kaitannya dengan konteks pemakaian.
Materi yang disajikan dalam peranan sebagai pendukung usaha meningkatkan
kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi nyata. Menurut pendekatan
komunikatif metode yang tepat diterapkan adalah metode komunikatif itu sendiri
dengan uraian teknik seperti yang diuaraikan dalam Santosa, dkk yang dipetik
dari Tarigan yang disarikan dari Solchan, dkk. (2001) berikut ini,
1. Teknik pelajaran menyimak,
2. Teknik pembelajaran
berbicara,
3. Teknik pembelajaran membaca,
4. Teknik pembelajaran menulis.
Sementara teknik evaluasi untuk
pendekatan ini adalah tes diskrit yaitu
1. Tes yang bersifat terpisah antar
aspek kebahasaan.
2. Tes integratif yaitu tes yang
memadukan semua aspek kebahasaan pada suatu tes evaluasi yang bersifat
tercampur.
3. Tes pragmatik yaitu kemampuan
siswa dalam menggunakan elemen-elemen kebahasaan dalam konteks situasional
tertentu sebagai tolak ukurnya. Beberapa jenis tes pragmatis adalah, dikte,
berbicara, parafrase, menjawab pertanyaan, dan teknik rumpang
D.PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.
Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran
“an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata
yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.(Djamarah2006:175)
“Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan”Dekdibud (dalam
Rachman 1997:11). Pengelolaan dalam pengertian umum menurut Arikunto (dalam
Djamarah 2006:175) adalah pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu
kegiatan.
Menurut Hamalik (dalam Djamarah
2006:175) ”kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar
bersama yang mendapat pengajaran dari guru” sedangkan menurut Ahmad (1995:1)
“kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar” Hadari Nawawi memandang
kelas dari dua sudut, yaitu:
1. Kelas
dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat
sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam
pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk
pengelompokan siswa menurut tingkat \ perkembangan yang antara lain didasarkan
pada batas umur kronologis masing-masing.
2. Kelas
dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan merupakan bagian
dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit
kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang
kreatif untuk mencapai suatu tujuan (Djamarah2006:176).
“Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam
pembelajaran.” (Mulyasa2006:91). Sedangkan menurut Sudirman (dalam Djamarah
2006:177) ”Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.”
Ditambahkan lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah 2006:177) ”Manajemen atau
pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan
potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap \
personal untuk melakukan kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah .” Arikunto (dalam
Djamarah 2006:177) juga berpendapat “ bahwa penelolaan kelas adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang
membantu dengan maksud agardicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar yang seperti \ diharapkan.” Pengelolaan dapat dilihat dari dua
segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan,
perabot, alat pelajaran). Ruang Kelas adalah suatu ruangan dalam bangunan
sekolah, yang berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan tatap muka dalam proses kegiatan
belajar mengajar(KBM). Mebeler dalam ruangan ini terdiri dari meja siswa, kursi
siswa, meja guru, lemari kelas, papan tulis, serta aksesoris ruangan lainnya
yang sesuai. Ukuran yang umum adalah 9m x 8m. Ruang kelas memiliki syarat
kelayakan dan standar tertentu, misalnya ukuran, pencahayaan alami, sirkulasi
udara, dan persaratan lainnya yang telah dibakukan oleh pihak berwenang
terkait. Dalam peranya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola
kelas sebagai lingkungan belajar serat merupakan aspek dari lingkungan sekolah
yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar
kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan. Lingkungan yang
baik adalah yang bersifat menantang, dan merangsang siswa untuk belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. PERAN guru sebagai
ujung tombak pendidikan amat strategis dalam mengembangkan potensi siswa.
Karena itu penguasaan pengelolaan kelas mutlak harus dikuasai.
Pengelolaan kelas meliputi ruang,
waktu, bahan ajar bersama metode pembelajarannya serta perangkat evaluasinya. Berangkat
dari penyusunan perangkat persiapan hingga terwujudnya rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), yang telah dicontohkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), instrumen
ini sudah dapat menggambarkan keadaan kelas dan memprediksi bagaimana guru menjalankan
fungsinya di depan kelas. Beranjak dari pengamatan di lapangan, RPP yang telah
buat oleh beberapa guru dilihat dari sisi pengelolaan waktunya, rupanya beragam
seperti yangtercantum dalam kop lembarannya. Ada yang tertulis 2 x 45 menit,
ada pula 8 x 45 menit, sampai 20 x 45 menit. Pengelolaan kelas ( classroom management )
berdasarkan pendekatan menurut Weber diklasifikasikan kedalam dua pengertian,
yaitu berdasarkan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif. Berikut
dijelaskan pengertian dari masing-masing pendekatan tersebut Pertama,
berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengkontrol
tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat (
Weber ) Bagi sekolah atau guru yang menganut pendekatan otoriter, maka dalam
mengelola kelas guru atau sekolah tersebut menciptakan iklim sekolah dengan
berbagai aturan atau ketentuan-ketentuan zang harus ditaati oleh warga sekolah/
kelas.
Walaupun menggunakan pendekatan otoriter, berbagai aturan zang dirumuskan
tentu saja tidak hanza didasarkan pada kemauan sepihak dari pengelola sekolah
/kelas saja, melainkan dengan memasukan aspirasi dari siswa. Hal ini penting
mengingat aturan zang dibuat diperuntukan bagi kepentingan bersama, zaitu untuk
menunjang terjadinya proses pembelajaran zang efektif dan efisien. Kedua
pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah uapaya zang dilakukan
oleh guru untuk memberi kebebasan untuk siswa melekukan berbagai aktivitas
sesuai dengan zang mereka inginkan. Pengertian kedua ini tentu saja bertolak
belakang dengan pendapat pertama. Menurut pandangan permisif, fungsi guru
adalah bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan
aktivitas di dalam kelas, tanpa aharus merasa takut dan tertekan Ada lima
definisi tentang pengelolaan kelas.
Definisi pertama, memandang bahwa pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat otoritatif. Dalam kaitan ini tugas guru ialah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin amat diutamakan. Menurut pandangan ini istilah pengelolaan kelas dan disiplin kelas dipakai sebagai sinonim. Secara lebih khusus, definisi pertama ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Definisi kedua bertolak belakang dengan definisi pertama diatas, yaitu yang didasarkan atas pandangan yang bersifat permisif. Pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah. Dengan demikian, definisi kedua dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa.
Definisi pertama, memandang bahwa pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat otoritatif. Dalam kaitan ini tugas guru ialah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin amat diutamakan. Menurut pandangan ini istilah pengelolaan kelas dan disiplin kelas dipakai sebagai sinonim. Secara lebih khusus, definisi pertama ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Definisi kedua bertolak belakang dengan definisi pertama diatas, yaitu yang didasarkan atas pandangan yang bersifat permisif. Pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah. Dengan demikian, definisi kedua dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa.
Meskipun kedua pandangan diatas, pandangan otortatif dan permisif,
mempunyai sejumlah pengikut, namun keduanya dianggap kurang efektif bahkan
kurang bertanggungjawab. Pandangan otoritatif adalah kurang manusiawi sedangkan
pandangan permisif kurang realistik. Definisi ketiga didasarkan pada
prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification). Dalam kaitan
ini pengelolaan kelas dipandang sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Peranan
guru ialah mengembangkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak
diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang
tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan
(reinforcement). Definisi yang didasarkan pada pandangan ini dapat berbunyi:
pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah
laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang
tidak diinginkan.
Definisi keempat memandang pengelolaan
kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif didalam
kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan
berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana
hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci.
Dengan demikian peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio emosional kelas
yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dalam kaitan
ini definisi keempat dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat
kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim
sosio-emosional kelas yang positif. Definisi kelima bertolak dari anggapan
bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process)
sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran
berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok.
Dengan demikian, kehidupan kelas
sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan
belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru
ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif.
Definisi kelima dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan
guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Ketiga
definisi yang terakhir tersebut diatas masing-masing bertitik tolak dari dasar
pandangan yang berbeda. Manakah yang terbaik diantara ketiga definisi itu? Dari
ketiga pandangan itu tidak satupun pernah dibuktikan sebagai pandangan yang
terbaik. Oleh karena itu adalah bermanfaat apabila guru mampu membentuk suatu pandangan
yang bersifat pluralistic, yaitu pandangan tersebut. Perlu dicatat bahwa
pandangan pluralistic yang merangkum tiga dasar pandangan itu (pandangan
tentang pengubahan tingkah laku, iklim sosio-emosional, dan proses kelompok)
tidak mungkin merangkum juga pandangan yang bersifat otoritatif dan permisif.
Pandangan yang otoritatif dan permisif itu justru dapat berlawanan dengan pandangan
pluralistic yang dimaksud. Definisi yang pluralistic itu dapat berbunyi:
pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa
yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak
diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio-emosional yang
positif, serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif
dan produktif.Guru-guru perlu memahami dan memegang salah satu definisi
tersebut diatas yang akan menjadi pedoman bagi tingkah laku dan kegiatan guru
didalam kelas dalam rangka mengelola kelasnya. Definisi yang lebih tepat bagi
guru-guru kiranya adalah definisi yang bersifat pluralistic. Pengelolaan dan
Pembelajaran Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memilki fungsi
zang sama. Pengelolaan tekannya lebih kuat pada aspek pengaturan ( management )
lingkungan pembelajaran, sementara pembelajaran ( instruction ) lebih kuat
berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi pelajaran. Pada akhirnya
dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk mencapai
tujuan yang sama yaitiu tujuan pembelajaran Contoh aspek pengelolaan, jika di
dalam kelas terdapat gambar yang di anggap kurang baik atau tidak apada
tempatnya untuk ditempelkan di dinding karena akan menggangu konsentrasi siswa dalam
belajar, maka guru tersebut memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang di anggap
paling cocok. Adapun pembelajaran, jika diperoleh siswa yang mengelami
kesulitan belajar untuk materi-materi tertentu, maka guru mengidentifikasi
sebab-sebabnya, dan membantu siswa mengahadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya
itu Komponen-Komponen Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas dilakukan untuk
mendukung terjadinya proses pembelajaran zang lebih berkualitas. Oleh karena
itu pendekatan atau teori apapun zang dipilih dan zang dijadikan dasar dalam
pengelolaan kelas, harus diorientasikan pada terciptanya proses pembelajaran
secara aktif dan produktif. Untuk mendukung proses pembelajaran tersebut, maka
aunsur-unsur pengelolaan meliputi dua tindakan, yaitu ;
1. Model
tindakan
a.Preventif
, yaitu upaya yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinza gangguan dalam
pembelajaran. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. . Implikasi bagi guru
melalui kegiatan preventif ini yaitu sedini mungkin guru mengidentifikasi hal-hal
atau gejala-gejala zang dianggap akan mengganggu pembelajaran Beberapa upaya
atau keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mendukung
terhadap tindakan prteventis antara lain ;
1. Tanggap
/peka, sikap tanggap ini ditunjukan oleh kemampuan guru secara dini mampu
dengan segera merespon terhadap berbagai perilaku atau aktivitas yang di anggap
akan mengganggu pembelajaran atau berkembangnza sikap maupun sifat negatif dari
siswa maupun lingkungan pembelajaran lainnya
2.
Perhatian yaitu selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas,
lingkungan maupun segala sesuatu zang muncul. Perhatian merupakan salah satu bentuk
keterampilan dan kebiasaan zang harus dimiliki oleh guru.
b.
Refrensif, keterampilan refrensif tidak diartikan sebagai tindakan kekerasan
seperti halnya penanganan dalam gangguan keamanan. Keterampilan refrensif
sebagai salah satu unsur dari keterampilan pengelolaan kelas
c.
Modifikasi tingkah laku
•
Modifikasi tingkah laku yaitu bahwa setiap tingkah laku dapat diamati. Oleh
karena itu bagaimana dengan tingkah laku yang muncul dengan positif, guru
memberi respon positif agar kebiasaan baik itu lebih kuat dan dapat dipelihara
•
Pengelolaan kelompok, untuk menangani permasalahan hendaknya dilakukan secara
kolaborasi dan mengikutsertakan beberapa komponen atau unsur yang terkait
• Diagnisis
yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsur-unsur yang akan menjadi penyebab gangguan
maupun unsur-unsur yang menjadi kekuatan bagi peningkatan proses pembelajaran Keberhasilan
guru mengajar di kelas tidak cukup bila hanya berbekal pada pengetahuan tentang
kurikulum, metode mengajar, media pengajaran, dan wawasan tentang materi yang akan
disampaikan kepada anak didik. Di samping itu guru harus menguasai kiat
manajemen kelas. Guru hendaknya dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas yang menguntungkan bagi anak didik supaya tumbuh iklim pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Hampir seluruh hasil survei
mengenai keefektifan guru ( teacher effectiveness ) melaporkan bahwa
keterampilan manajemen kelas menentukan keberhasilan proses belajar siswa atau
peringkat yang dicapainya. Dengan demikian keterampilan manajemen kelas sangat
krusial dan fudemental dalam mendukung proses pembelajaran. Guru – guru yang rendah
keterampilannya dalam bidang manajemen kelas, barangkali tidak dapat
menyelesaikan banyak hal yang menjadi tugas pokoknya. Pendapat ini dikemukakan
oleh Brophy dan Evertson dalam Learning from Teaching, tahun 1976. Menurut
beberapa pendapat yang dapat saya simpulkan konsep manajemen kelas lebih luas
dari pada sebatas menciptakan iklim untuk menegakkan disiplin siswa. Konsep
manajemen kelas mencakup segala hal, yaitu guru harus merangsang keterlibatan
dan kerjasama siswa di dalam keseluruhan aktivitas kelas dan menata lingkungan
kerja menjadi lebih produktif lagi bagi proses pendidikan dan pembelajaran.
Guru yang melaksanakan manajemen kelas sebagai proses pemapanan dan
pemeliharaan ( establishing and maintaining ) lingkungan belajar yang efektif
cendrung lebih sukses dari pada guru – guru yang memposisikan atau memerankan
diri sebagai figure otoritas atau penegak disiplin ( authority figures or
disciplinarians ) belaka. Kinerja manajemen kelas yang efektif memungkinkan
lahirnya roda penggerak bagi penciptaan pemahaman diri, evaluasi diri dan internalisasi
control diri pada kalangan siswa. Dalam keseharian tugas dinasnya bahwa siswa
paling banyak berhubungan dengan guru dan demikian juga sebaliknya merupakan
perwajahan sekolah yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Dalam tugas
kesehariannya, guru berhadapan dengan siswa yang berbadan tinggi, sedang atau
rendah prestasi akademiknya. Ida pun juga berhadapan dengan siswa yang baik –
baik, santun arogan, cuek, pengganggu bahkan kuat, sedang atau lemah fisiknya.
Belum lagi keragaman tersebut dilihat dari perspektif social, ekonomi, kultur,
kebiasaan, agama, kepedulian dan derajat kohensifitasnya dan lain sebagainya. Siswa
yang bermasalah biasanya menjadi beban si guru dalam mengajar di kelas dan
merupakan kepedulian tindakan yang menjadi beban dari tugas si guru. Bentuk
kenakalan dan prilaku menyimpang para siswa beragam, dari permasalah
sampah,berisik dikelas, mencuri, berkelahi, bolos, pecandu narkoba, dan tidak
disiplin dalam belajar. Mengapa siswa cendrung berprilaku buruk? Ada banyak
faktor penyebab hal tersebut, antaranya adalah faktor sosial, ekonomi, kultural,
agama, jenis kelamin, ras, tempat tinggal, perbedaan potensial kognitif,
kesehatan, kebiasaan hidup dan lain – lain. Faktor yang lain adalah penyebabnya
yaitu sekolah sendiri. Tidak semua sekolah dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran
secara kondusif, misalnya adalah sekolah lebih dekat dengan tempat keramaian,
bangunan yang sudah terlalu tua, ruang kelas yangmengundang gerah, disiplin
guru yang tidak memadai, manajemen sekolah yang buruk, terlalu banyak pungutan
dan lain sebagainya.Ini berarti ada tantangan serius bagi sekolah. Kedua,
menetapkan tata aturan dan prosedur disiplin yang jelas dan standar, serta
mengikat semua anak didik.Ketiga, melembagakan dan memberi keteladanan mengenai
norma – norma etik yang menjadi pemandu hubungan antar subjek di lingkungan
sekolah.
Dari semua hal tersebut
diatas, mari kita lihat pengelolaan kelas di SMP PGRI Bojonegara pada mata
pelajaran bahasa Indonesia kelas VII dan VIII semester 1 dapat diketahui bahwa
pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP PGRI Bojonegara guru memberikan reward
kepada siswa yang bisa dikatagorikan sebagai siswa yang terpandai dikelas
dengan memberikan ranking kepada siswa yang pandai tersebut, hal itu dilakukan
agar para siswa termotivasi untuk mendapat nilai yang baik dikelas agar mereka
bisa memperoleh ranking atau reward yang ada. Reward bukan hanya diberikan
dalam bentuk pemberian ranking terhadap murid pandai saja, namun juga dilakukan
dengan cara memberi aplouse kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan
guru ketika penyampaian materi. Hal itu dilakukan agar menciptakan suasana
aktif dan kondusif yang memancing para siswa untuk terus aktif dikelas.
E.KONTENSASI
KELAS
1. Intristik kelas
Di dalam kelas terdapat struktur organisasi
yang dimulai dari Ketua Kelas, Wakil ketua Kelas, Sekertaris, Bendahara, dan
seksi kebersihan. Mereka dipilih langsung oleh para siswa. Dengan cara voting,
jabatan itu berlaku selama satu tahun selama masa KBM. Dan tugas dibagi
berdasarkan hak jabatan masing-masing.
2. Ekstrinstik kelas
Di SMP PGRI Bojonegara tidak terdapat
kontensasi kelas yang termasuk dalam jenis ekstrinstik kelas.
KESIMPULAN
Dari observasi yang kami lakukan di SMP PGRI Bojonegara pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII dan VIII semester 1 dapat diambil
kesimpulan bahwa guru matapelajaran bahasa Indonesia di SMP tersebut
menggunakan system pendekatan individu di dalam kelas, yakni guru mendekati
para siswa dikelas karena di smp ini adalah termasuk kedalam masyarakat
homogeny sebab berada di pedesaan. Sehingga memudahkan guru untuk melakukan
interaksi lebih spesifik terhadap siswa dikelas, hal itu diharapkan agar siswa
merasa nyaman untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dikelas. Gurupun rutin
memberikan pertanyaan pada saat proses KBM dikelas agar anak murid menjadi
aktif, guru juga memberikan tugas individu, serta kelompok pada saat KBM, agar
siswa tetap mengingap materi yang guru sampaikan. Dari semua ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa peranan guru sangatlah besar bagi proses belajar mengajar
dikelas.
thank, tas postingannya. sangat membantu
BalasHapus