KAJIAN NOVEL MELALUI PENDEKATAN
PSIKOLOGI SASTRA
NOVEL DI BAWAH LINDUNGAN
KA’BAH-BUYA HAMKA
Di
susun Oleh:
DEDE
PRATIWI 2222101678
Kelas:
IV D
Prodi
: Diksatrasia
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2012
KAJIAN
NOVEL MELALUI PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA
NOVEL DI BAWAH LINDUNGAN
KA’BAH-BUYA HAMKA
1.ANALISIS
1.Analisis
unsur Intristik novel Di bawah lindungan ka’bah
a.
Tema : Cinta yang tidak akan pernah
terbalas
b.
Latar
a.latar
tempat : Saudi Arabia, Mekkah, Padang.
b.latar
waktu : Tahun 1987
c.latar
lingkungan : Sumatera Barat
c.
Penokohan
a.Aku : Baik hati, teguh pendiriannya, taat
beribadah, memegang janji dengan kukuh.
b.Hamid:
Baik hati, mencintai seseorang dengan tulus, taat beribadah, patuh kepada orang
tua.
c.Zainab:
Berbudi pekerti baik, mencintai seseorang dengan tulus, taat beribadah.
d.Saleh : Teman yang baik, suami yang taat, taat
beribadah.
e.Engku
Haji Ja’far : Berbudi pekerti baik, belas kasih pada orang kurang mampu
f.Asiah
: Berbudi pekerti baik, welas asih, tidak membedakan orang dari hartanya.
g.Rosna:
Istri yang taat, sahabat yang baik
d.
Alur : Maju dan Mundur
e.
Gaya bahasa : Melayu
f.
Sudut pandang : orang pertama dan orang
ketiga
2.Analisis
unsur ekstristik novel Di bawah lindungan ka’bah
a.
Biografi pengarang :
Buya Hamka lahir pada tahun 1908 di
desa kampung Molek, Meninjau, Sumatera Barat, HAMKA sendiri merupakan singkatan
dari nama beliau yakni Haji Abdul Malik
Karim Amrullah, Hamka merupakan putra dari Syekh Abdul Karim bin
Amrullah, yg juga merupakan ulama di tanah minang, diawali bekerja sebagai guru
agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di
Padang Panjang pada tahun 1929. Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di
Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari
tahun 1957 hingga tahun 1958.
HAMKA menjadi
wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang
Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah
Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan
majalah al-Mahdi di Makasar. HAMKA juga pernah menjadi editor majalah Pedoman
Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.
HAMKA juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid). Pada 1950, ia mendapat kesempatan untuk melawat ke berbagai negara daratan Arab. Sepulang dari lawatan itu, HAMKA menulis beberapa roman. Antara lain Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah. Sebelum menyelesaikan roman-roman di atas, ia telah membuat roman yang lainnya. Seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli, dan Di Dalam Lembah Kehidupan merupakan roman yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura. Setelah itu HAMKA menulis lagi di majalah baru Panji Masyarakat yang sempat terkenal karena menerbitkan tulisan Bung Hatta berjudul Demokrasi Kita.
HAMKA juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid). Pada 1950, ia mendapat kesempatan untuk melawat ke berbagai negara daratan Arab. Sepulang dari lawatan itu, HAMKA menulis beberapa roman. Antara lain Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah. Sebelum menyelesaikan roman-roman di atas, ia telah membuat roman yang lainnya. Seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli, dan Di Dalam Lembah Kehidupan merupakan roman yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura. Setelah itu HAMKA menulis lagi di majalah baru Panji Masyarakat yang sempat terkenal karena menerbitkan tulisan Bung Hatta berjudul Demokrasi Kita.
b.
Nilai sastra:
Sastra
bisa juga bertema tentang agama, tidak harus bersifat rasis. Karena novel ini
merupakan novel sastra mengenai agama yang pertama di Indonesia. Namun nilai
agama dapat dimasukan tanpa mengurangi nilai esensi novel sastra sebagai karya
seni tentunya yang dapat dinikmati oleh siapapun.
c.
Nilai agama:
Dalam
kehidupan ini manusia dituntut untuk tidak terpaut dengan hal-hal duniawi
semata. Seperti cinta buta yang membabi buta kepada lawan jenis tanpa ada
batasanya. Dalam novel ini mengisahkan cinta tulus juga ada di dalam islam,
namun penyalurannya tidak berlebihan dan ada batasanya, yang tidak akan
merugikan siapapun. Dekatkan diri kepada Tuhan itu lebih baik daripada
terhanyut dalam cinta yang membutakan.
d.
Nilai moral:
Janganlah
kita melihat seseorang berdasarkan hartanya semata. Apabila budipekerti dan
tingkah lakunya tidaklah baik untuk apa kita mendekatinya hanya karena harta
semata. Karena harta tidaklah kekal.
e.
Amanat :
Kita tidak boleh
memandang seseorang berdasarkan kekayaan semata, karena hal itu bersifat
sementara. Dan tuntutlah ilmu setingginya karena itu akan menjadi bekal dihari
tua.
2.SINOPSIS
Novel yang berjudul “Di bawah Lindungan
Ka’bah” karya Hamka ini menceritakan tentang kisah cinta yang tak sampai antara
Hamid dan Zainab, yang mereka bawa sampai liang lahat.
Awal cerita dimulai dari keberangkatan
“Aku” ke Mekah guna memenuhi rukun Islam yang ke-5 yaitu menunaikan ibadah
haji. Alangkah besar hati “Aku” ketika melihat Ka’bah dan Menara Masjidil Haram
yang tujuh itu, yang mana sudah menjadi kenang-kenanganku. “Aku” menginap di
rumah seorang syekh yang pekerjaan dan pencaariannya semata-mata memberi
tumpangan bagi orang haji. Di sinilah “Aku” bertemu dan mendapat seorang
sahabat yangmulia dan patut dicontoh yang bernama Hamid. Hidupnya amat
sederhana,tiada lalai dari beribadat,tiada suka membuang-buang waktu kepada
yang tiada berfaedah, lagi amat suka memperhatikan kehidupan orang-orang yang
suci, ahli tasawuf yang tinggi. Bila “Aku” terlanjur membicarakan dunia dan hal
ihwalnya, dengan amat halus dan tiada terasa pembicaraan itu telah
dibelokkannya kepada kehalusan budi pekerti dan ketinggian kesopanan agama.
Baru dua bulan saja, pergaulan kami
yang baik itu tiba-tiba telah terusik dengan kedatangan seorang teman baru dari
Padang, yang rupanya mereka adalah teman lama. Ia bernama Saleh, menurut kabar
ia hannya tinggal dua atau tiga hari di Mekah sebelum naik haji, ia akan pergi
ke Madinah dulu dua tiga hari pula sebelum jemaah haji ke Arafah. Setelah itu
ia akan meneruskan perjalanannya ke Mesir guna meneruskan studinya. Namun
kedatangan sahabat baru itu, mengubah keadaan dan sifat-sifat Hamid.
Belakangan Hamid lebih banyak duduk
termenung dan berdiam seorang diri, seakan-akan “Aku” dianggap tidak ada dan
idak diperdulikannya lagi. Karena merasa tidak nyaman, maka “Aku” memberanikan
diri mendekati dan bertanya kepadanya, kabar apakah gerangan yang dibawa
sahabat baru itu sehingga membuatnya murung. Ia termenung kira-kira dua tiga
menit,setelah itu ia memandangku dan berkata bahwa itu sebuah rahasia. Namun setelah
dibujuk agak lama, barulah ia mau berbagi kedukaannya kepadaku. Dan ternyata
rahasia yang ia katakan ialah tentang masa lalu dan kisah cintanya dimasa itu.
Saleh mengabarkan kalau dia sudah menikah dengan Rosna yang kebetulan teman
sekolahnya dan sahabat Zainab juga.
Suatu ketika Rosna bertandang ke rumah
Zainab, yang mana Zainab itu adalah orang yang Hamid kasihi selama ini, namun
ia tiada berani untuk memberitahukan perasaannya itu kepada Zainab,mengingat
jasa-jasa orang tua Zainab kepada Hamid dan ibunya selama ini. Apalagi saat itu
ibunya Zainab pernah meminta Hamid untuk membujuk Zainab supaya mau dinikahkan
dengan kemenakan ayahnya. Padahal waktu itu Hamid berniat unuk memberi tahukan
tentang perasaannya yang selama itu dia simpan kepada Zainab,namun niatnya itu
diurungkannya.
Betapa terkejutnya Hamid ketika ia
dimintai tolong untuk membujuk Zainab supaya mau dinikahkan dengan orang yang
sama sekali belum ia kenal. Hamid gagal membujuk Zainab, karena Zainab menolak
untuk dinikahkan. Hamid pulang dengan perasaan yang kacau balau, sejak saat itu
Hanid memutuskan untuk merantau, sebelum pergi ia menulis surat untuk Zainab.
Setelah itu mereka tiada berhubungan lagi, dan sampai sekarang pun ia masih
menyimpan perasaanya itu. Dan kedatangan Saleh kemarin memberitahukan bahwa
ternyata Zainab pun menyimpan perasaan yang sama, perasaan yang selama ini
disimpan oleh Hamid. Saleh memberitahukan bahwa kesehatan Zainab memburuk dan
ia ingin sekali tahu bagaimana kabar Hamid.
Setelah Zainab mendengar keberadaan Hamid
di Mekah, Ia pun mengirim surat kepada Hamid sebagai balasan surat Hamid yang
dulu. Seminggu setelah itu, Zainab pun menghembuskan nafasnya. Hamid tidak
mengetahui kematian Zainab karena pada saat itu iapun sedang sakit, sehingga
temannya tidak tega untuk memberitahukan kabar tersebut. Ketika Hamid sedang
melaksanakan tawaf dan mencium hajar aswad ia berdoa dan menghembuskan nafas
terakhirnya.
3.KONFLIK
YANG MUNCUL DALAM NOVEL
a.Konflik
Umum:
Konflik umum yang terjadi dalam novel
Di bawah lindungan Ka’bah adalah cinta yang tulus dari dua anak manusia di bumi
Padang, namun cinta mereka pupus karena memandang pertalian saudara. Sebab
keluarga mereka sudah begitu dekat dan dianggap sebagai saudara sendiri. Dan
konflikpun berkembang sedemikian rupa dikarenakan keduanya saling mencintai
namun cinta mereka yang terlarang membuat mereka tidak dapat bersatu.
b.Konflik
Pribadi tokoh
1.Hamid dan Zainab memiliki konflik
batin dengan diri mereka sendiri. Padahal mereka berdua mencintai satu sama
lain, namun karena keadaan tidaklah memungkinkan. Maka cinta mereka tidak
pernah bersatu.
2. Haji Ja’far adalah juragan
terpandang yang sangat baik kepada Hamid. Beliau menyekolahkan Hamid sampai
lulus dan menanggapnya sebagai anaknya sendiri namun beliau meninggal dunia
sehingga membuat keluarga Zainab berubah sedemikian hebatnya tanpa ada seorang
ayah.
4.PERUBAHAN JIWA TOKOH
Hamid:
Pada
awalnya di novel ini menjelaskan psikologi Hamid sebagai orang yang teguh,
tidak mudah menyerah pada keadaan yang sedemikian menyedihkan bagi dirinya.
Namun karena begitu banyaknya masalah yang menyelimutinya seperti ibu yang dia
cintai tiba-tiba meninggal, dan yang lebih menyakitkan lagi Zainab, wanita yang
dia cintai harus menikah dengan pria pilihan Asiah. Maka goyah dan berubahlah
psikologi Hamid. Dia jadi pendiam dan menjauhkan dari sekitar dengan hijrah ke
Baitullah untuk pergi haji. Hamid pun merelakan cintanya kepada Zainab sehingga
itu membuat dirinya semakin terpuruk, penuh rasa putus asa. Namun Hamid memilih
untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Zainab
Psikologi
Zainab pun terguncang. Dia ditinggal Hamid lelaki yang dia cintai tanpa kabar
sama sekali. Dia menunggu dan terus menunggu sampai-sampai hampir gila.
Bu
Asiah
Setelah
jiwanya terguncang karena suaminya meninggal dunia. Cobaan tidak berhenti
sampai disitu, anak semata wanag bu Asiah, Zainab menolak ditunangkan dengan
lelaki pilihannya. Hati seorang ibu mana yang tidak tersakiti. Melihat masa
depan yang tidaklah pasti karena anaknya bersikukuh menunggu pria yang dia
cintai. Psikologi bu Asiahpun terguncang. Namun dia tetap sabar menghadapi
segalanya.
5.KAJIAN MENURUT PARA AHLI
Pendekatan psikologi adalah pendekatan
yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang
peristiwa kehidupan manusia. Manusia senantiasa memperhatikan perilaku yang
beragam. Bila ingin melihat dan mengenal manusia lebih dalam dan lebih jauh
diperlukan psikologi. Di zaman kemajuan teknologi seperti sekarang ini manusia
mengalami konflik kejiwaan yang bemula dari sikap kejiwaan tertentu bermuara
pula ke permasalahan kejiwaan(Semi,1990:76).
Pendekatan psikologi sastra ternyata memiliki beberapa manfaat dan keunggulan, seperti diungkapkan Semi (1990:80), sebagai berikut: (1) sangat sesuai untuk mengkaji secara mendalam aspek perwatakan, (2) dengan pendekatan ini dapat memberi umpan balik kepada penulis tentang masalah perwatakan yang dikembangkannya, dan (3) sangat membantu dalam menganalisis karya sastra Surrealis, abstrak, atau absurd dan akhirnya dapat membantu pembaca memahami karya-karya semacamnya.
Pendekatan psikologi sastra ternyata memiliki beberapa manfaat dan keunggulan, seperti diungkapkan Semi (1990:80), sebagai berikut: (1) sangat sesuai untuk mengkaji secara mendalam aspek perwatakan, (2) dengan pendekatan ini dapat memberi umpan balik kepada penulis tentang masalah perwatakan yang dikembangkannya, dan (3) sangat membantu dalam menganalisis karya sastra Surrealis, abstrak, atau absurd dan akhirnya dapat membantu pembaca memahami karya-karya semacamnya.
Selanjutnya, menurut Aminuddin (2004:55)
dan Semi (1988:66), pendekatan psikologi sastra juga dapat dimanfaatkan untuk
beberapa hal. Pertama, untuk memahami aspek kejiwaan pengarang dalam kaitannya dengan
proses kreatif karya sastra yang dihadirkannya. Kedua, untuk mengeksplorasi
segi-segi pemikiran dan kejiwaan tokoh-tokoh utama cerita, terutam menyangkut
alam pikiran bawah sadar.
Psikologi Sastra
Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi (Hartoko melalui Endraswara, 2008:70). Dasar konsep dari psikologi sastra adalah munculnya jalan buntu dalam memahami sebuah karya sastra, sedangkan pemahaman dari sisi lain dianggap belum bisa mewadahi tuntutan psikis, oleh karena hal itu muncullah psikologi sastra, yang berfungsi sebagai jembatan dalam interpretasi.
Penelitian psikologi sastra memfokuskan pada aspek-aspek kejiwaan. Artinya, dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh penelitian dapat mengungkap gejala-gejala psikologis tokoh baik yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan pengarang (Ratna, 2004:350).
Teori Psikoanalisis dari Sigmund Freud
Sigmund Freud dianggap sebagai pencetus psikologi sastra, ia menciptakan teori psikoanalisis yang membuka wacana penelitian psikologi sastra. Pendekatan psikoanalisis sangat substil dalam hal menemukan berbagai hubungan antar penanda tekstual (Endraswara, 2008: 199).
Psikoanalisis yang diciptakan Freud terbagi atas beberapa bagian, yaitu :
a. Struktur Kepribadian
Menurut Freud kepribadian memiliki tiga unsur penting, yaitu id (aspek biologis), ego (aspek psikologis), dan superego (aspek sosiologis).
1. Id (das Es)
Id merupakan sistem kepribadian yang paling primitif/dasar yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar. Id adalah sistem kepribadian yang di dalamnya terdapat faktor – faktor bawaan (Freud, dalam Koswara, 1991:32). Faktor bawaan ini adalah insting atau naluri yang dibawa sejak lahir. Naluri yang terdapat dalam diri manuasia dibedakan menjadi dua, yaitu naluri kehidupan (life instincts) dan naluri kematian (death insticts).
“Yang dimaksud naluri kehidupan oleh Freud adalah naluri yang ditujukan pada pemeliharaan ego (the conservation of the individual) dan pemeliharaan kelangsungan jenis (the conservation of the species). Dengan kata lain, naluri kehidupan adalah naluri yang ditujukan kepada pemeliharaan manusia sebagai individu maupun spesies. Sedangkan naluri kematian adalah naluri yang ditujukan kepada penghancuran atau pengrusakan yang telah ada ”(Koswara, 1991:38-39)
Freud berpendapat ( melalui Suryabrata, 1993) bahwa naluri memiliki empat sifat , yakni :
a. Sumber insting, yang menjadi sumber insting adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan.
b. Tujuan insting adalah untuk menghilangkan ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi yang tidak dapat diredakan.
c. Objek insting adalah benda atau hal yang bisa memuaskan kebutuhan.
d. Pendorong insting adalah kekuatan insting itu, yang bergantung pada besar kecilnya kebutuhan.
2. Ego (das Ich)
Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan pribadi untuk berhubungan dengan dunia nyata (Freud, melalui Suryabrata,1993:147). Seperti orang yang lapar harus berusaha mencari makanan untuk menghilangkan tegangan (rasa lapar) dalam dirinya. Hal ini berarti seseorang harus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan kenyataannya. Hal inilah yang membedakan antara id dan ego. Dikatakan aspek psikologis karena dalam memainkan peranannya ini, ego melibatkan fungsi psikologis yang tinggi, yaitu fungsi konektif atau intelektual (Freud, dalam Koswara, 1991:33-34).
Ego selain sebagai pengarah juga berfungsi sebagai penyeimbang antara dorongan naluri Id dengan keadaan lingkungan yang ada.
“......, menurut Freud, ego dalam perjalanan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuas kebutuhan atau naluri yang berasal dari id, melainkan bertindak sebagai perantara dari tuntunan–tuntunan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan di pihak lain. Yang dihambat oleh ego adalah pengungkapan naluri–naluri yang tidak layak atau yang tidak bisa diterima oleh lingkungan”(dalam Koswara,1991:34).
3. Superego ( das über Ich)
Menurut Freud, superego adalah aspek sosiologis dari kepribadian dan merupakan wakil dari nilai–nilai tradisional atau cita–cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orangtua kepada anak–anaknya, yang dimaksud dengan berbagai perintah dan larangan (melalui Suryabrata, 1993:148). Jadi, bisa dikatankan superego terbentuk karena adanya fitur yang paling berpengaruh seperti orang tua. Dengan terbentuknya superego pada individu, maka kontrol terhadap sikap yang dilakukan orang tua, dalam perkembangan selanjutnya dilakukan oleh individu sendiri. Superego pada diri individu bisa dikatakan terdiri dari dua subsistem.
“Apapun yang mereka katakan salah dan menghukum anak karena melakukannya akan cenderung menjadi suara hatinya (conscience), (...) apa pun juga yang mereka setujui dan menghadiahi anak akan cenderung menjadi ego-ideal anak”(Freud dalam Hall dan Linzey, 1993:67).
Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi (Hartoko melalui Endraswara, 2008:70). Dasar konsep dari psikologi sastra adalah munculnya jalan buntu dalam memahami sebuah karya sastra, sedangkan pemahaman dari sisi lain dianggap belum bisa mewadahi tuntutan psikis, oleh karena hal itu muncullah psikologi sastra, yang berfungsi sebagai jembatan dalam interpretasi.
Penelitian psikologi sastra memfokuskan pada aspek-aspek kejiwaan. Artinya, dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh penelitian dapat mengungkap gejala-gejala psikologis tokoh baik yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan pengarang (Ratna, 2004:350).
Teori Psikoanalisis dari Sigmund Freud
Sigmund Freud dianggap sebagai pencetus psikologi sastra, ia menciptakan teori psikoanalisis yang membuka wacana penelitian psikologi sastra. Pendekatan psikoanalisis sangat substil dalam hal menemukan berbagai hubungan antar penanda tekstual (Endraswara, 2008: 199).
Psikoanalisis yang diciptakan Freud terbagi atas beberapa bagian, yaitu :
a. Struktur Kepribadian
Menurut Freud kepribadian memiliki tiga unsur penting, yaitu id (aspek biologis), ego (aspek psikologis), dan superego (aspek sosiologis).
1. Id (das Es)
Id merupakan sistem kepribadian yang paling primitif/dasar yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar. Id adalah sistem kepribadian yang di dalamnya terdapat faktor – faktor bawaan (Freud, dalam Koswara, 1991:32). Faktor bawaan ini adalah insting atau naluri yang dibawa sejak lahir. Naluri yang terdapat dalam diri manuasia dibedakan menjadi dua, yaitu naluri kehidupan (life instincts) dan naluri kematian (death insticts).
“Yang dimaksud naluri kehidupan oleh Freud adalah naluri yang ditujukan pada pemeliharaan ego (the conservation of the individual) dan pemeliharaan kelangsungan jenis (the conservation of the species). Dengan kata lain, naluri kehidupan adalah naluri yang ditujukan kepada pemeliharaan manusia sebagai individu maupun spesies. Sedangkan naluri kematian adalah naluri yang ditujukan kepada penghancuran atau pengrusakan yang telah ada ”(Koswara, 1991:38-39)
Freud berpendapat ( melalui Suryabrata, 1993) bahwa naluri memiliki empat sifat , yakni :
a. Sumber insting, yang menjadi sumber insting adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan.
b. Tujuan insting adalah untuk menghilangkan ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi yang tidak dapat diredakan.
c. Objek insting adalah benda atau hal yang bisa memuaskan kebutuhan.
d. Pendorong insting adalah kekuatan insting itu, yang bergantung pada besar kecilnya kebutuhan.
2. Ego (das Ich)
Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan pribadi untuk berhubungan dengan dunia nyata (Freud, melalui Suryabrata,1993:147). Seperti orang yang lapar harus berusaha mencari makanan untuk menghilangkan tegangan (rasa lapar) dalam dirinya. Hal ini berarti seseorang harus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan kenyataannya. Hal inilah yang membedakan antara id dan ego. Dikatakan aspek psikologis karena dalam memainkan peranannya ini, ego melibatkan fungsi psikologis yang tinggi, yaitu fungsi konektif atau intelektual (Freud, dalam Koswara, 1991:33-34).
Ego selain sebagai pengarah juga berfungsi sebagai penyeimbang antara dorongan naluri Id dengan keadaan lingkungan yang ada.
“......, menurut Freud, ego dalam perjalanan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuas kebutuhan atau naluri yang berasal dari id, melainkan bertindak sebagai perantara dari tuntunan–tuntunan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan di pihak lain. Yang dihambat oleh ego adalah pengungkapan naluri–naluri yang tidak layak atau yang tidak bisa diterima oleh lingkungan”(dalam Koswara,1991:34).
3. Superego ( das über Ich)
Menurut Freud, superego adalah aspek sosiologis dari kepribadian dan merupakan wakil dari nilai–nilai tradisional atau cita–cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orangtua kepada anak–anaknya, yang dimaksud dengan berbagai perintah dan larangan (melalui Suryabrata, 1993:148). Jadi, bisa dikatankan superego terbentuk karena adanya fitur yang paling berpengaruh seperti orang tua. Dengan terbentuknya superego pada individu, maka kontrol terhadap sikap yang dilakukan orang tua, dalam perkembangan selanjutnya dilakukan oleh individu sendiri. Superego pada diri individu bisa dikatakan terdiri dari dua subsistem.
“Apapun yang mereka katakan salah dan menghukum anak karena melakukannya akan cenderung menjadi suara hatinya (conscience), (...) apa pun juga yang mereka setujui dan menghadiahi anak akan cenderung menjadi ego-ideal anak”(Freud dalam Hall dan Linzey, 1993:67).
Menurut
Sigmund Freud psikoanalisis adalah sebuah metode perawatan medis bagi
orang-orang yang menderita gangguan syaraf. Psikoanalisis merupakan suatu jenis
terapi yang bertujuan untuk mengobati seseorang yang mengalami penyimpangan
mental dan syaraf.
Dalam
novel ini yang masuk kedalam psikonalasis menurut Sigmund Friud adalah di
bagian pada saat Hamid depresi karena ibunya meninggal dunia, dan Zainab gadis
yang disukainya itu tidak dapat dia dapatkan, maka Hamid merasa sangatlah
depresi. Dia melakukan metode terapi untuk dirinya sendiri dengan cara malalui
pengobatan spiritual, dengan cara mendekatkan dirinya kepada Tuhan YME.
makasih postingannya, kalo boleh tau referensinya dari mana aja ya?
BalasHapusanalisisnya?
BalasHapus