Nama : Dede Pratiwi
Nim : 2222101678
Kelas : 1D Diksatrasia
Laporan Baca
Judul : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang
: Suherlan dan Odien R
Bab : Hubungan antara Linguistik dan Ilmu-ilmu
Lainnya
J.
Hubungan antara Linguistik dan
Ilmu-ilmu Lainnya
1.
Linguistik sebagai sebuah cabang ilmu
Paradigma
ilmu dapat dianggap sebagai suatu skema kognitif yang dimiliki bersama.
Sebagaimana skema kognitif itu member kita, sebagai individu, suatu cara untuk
mengerti alam sekeliling, suatu cara memahami alam alamiah. Bila seorang pakar
memperhatikan suatu fenomena dan menafsirkan perhatian terhadap hal itu, maka
pakar sains itu menggunakan suatu paradigm ilmu untuk member makna bagi
penafsiran perhatian terhdap hal itu.
Kemungkinan
penggabungan dua pokok persoalan ataupun penyatuan dua pusat minat dalam
menelaah sebuah fenomena, ilmu dapat dibagi menjadi tujuh jenis, yakni:
1. Ilmu-ilmu
matematis
2. Ilmu-ilmu
fisik
3. Ilmu-ilmu
biologis
4. Ilmu-ilmu
psikologis
5. Ilmu-ilmu
sosial
6. Ilmu
linguistik, dan
7. Ilmu-ilmu
interdisipliner
2.
Relasi linguistik dan ilmu-ilmu lain
Asal
mula segala ilmu adalah filsafat. Dengan kata lain, filsafatlah yang menjadi
pohon ilmu sehingga dari filsafat tumbuhlah dahan, cabang, dan tangkai ilmu
yang beragam termasuk didalamnya ialah linguistik (ilmu bahasa).
Berkait
dengan linguistik, ternyata bukan menjadi fokus minat dan keahlian para ahli
bahasa semata. Ada banyak pakar yang tertarik meneliti atau mendalami bahasa,
terutama berkaitan dengan kebutuhan aplikasinya pada berbagai bidang. Begitu
pula bagi para ahli bahasa yang ternyata menghadapi banyak persoalan linguistik
yang sulit dipecahkan tanpa melibatkan disiplin lain.
Nama : Dede Pratiwi
Nim : 2222101678
Kelas : 1D Diksatrasia
Laporan Baca
Judul : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang
: Suherlan dan Odien R
Bab : Ahli Bahasa dan Tugasnya
K. Ahli Bahasa dan Tugasnya
Seorang
linguis adalah seorang yang mumpuni secara teoretiss dalam hal aspek-aspek
bahasa secara universal. Akan tetapi tidaklah salah jika dikatakan bahwa ada
sekian ahli bahasa yang juga mengetahui dan menguasai banyak bahasa, mereka
menguasai aspek teoretis dan praktis banyak bahasa.
Seorang
linguis juga berbeda dengan guru bahasa. Dikotomi perbedaan itu boleh jadi
sangat tipis. Seorang linguis bekerja menganalisis bahasa untuk selanjutnya
menyampaikan deskrispsi dan teori hasil kajiannya. Selanjutnya, guru bahasa
memakai teori dan deskripsi dari ahli bahasa dalam aplikasi pemelajaran bahasa.
Dipihak lain, memang ada beberapa orang linguis yang juga sebagai guru dan
dosen, tetapi memang ada yang hanya sebagai peneliti. Dengan demikian boleh
kita dikotomikan bahwa linguis berbeda dengan guru bahasa walaupun ada juga
linguis yang jadi guru bahasa. Akan tetapi, mungkin pula ada guru bahasa yang
menjadi ahli bahasa. Beberapa syarat menjadi linguis yakni:
1) Minat
terhadap bahasa
2) Memiliki
pengetahuan dan wawasan kebahasaan
3) Mampu
meneliti
4) Mengetahui
manfaat
5) Melahirkan
teori
6) Menguasai
prinsip dan kaidah ilmu
Adapun tugas pokok seorang linguis dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) Tugas
deskriptif dan eksplanatif, yakni memerikan gejala kebahasaan dan
menerangkannya
2) Tugas
prediktif dan pengembangan, yakni tugas mempraduga dalam bentuk hipotesis yang
selanjutnya diuji secara ilmiah. Melalui langkah prediksi akan dihasilkan
teori, dan teori yang dihasilkan sekaligus juga menjadi langkah mengembangkan
ilmu bahasa
3) Tugas
kontrol, yaitu mengontrol masalah dan mengontrol hasil yang didapat setelah
seorang linguis melakukan penelitian kebahasaa.
Nama : Dede Pratiwi
Nim : 2222101678
Kelas : 1D Diksatrasia
Laporan Baca
Judul : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang
: Suherlan dan Odien R
Bab : Tataran Gramatikal
L.
Tataran Gramatikal
1.
Satuan-satuan gramatikal
Unsur-unsur
berupa fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana lazim pula
disebut dengan istilah satuan gramatikan atau tataran gramatikal. Dikaitkan
dengan kajian linguistik, satuan gramatikal akan menjadi satuan terbesar atau
terkecil dalam tiap tataran linguistik.
2. Hubungan antarsatuan gramatikal
Hubungan
antarsatuan gramatikal dapat bersifat normal, yakni satuan yang lebih rendah
merupakan konstituen dari konstruksi yang satu tingkat lebih tinggi. Akan tetapi,
dalam bahasa terdapat hubungan yang lain sifatnya.
a) Pelompatan
tingkat
b) Pelapisan
c) Penurunan
tingkat
3. Hubungan antarkonstituen
Setiap
konstruksi, baik kata, frasa, klausa, kalimat, maupun wacana disusun oleh
beberapa konstituen. Jenis satuan-satuan yang menjadi konstituen pembentuk
konstruksi mempunyai peranan dalam menandai perbedaan diantara berbagai
konstruksi.
a) Hubungan
perwatasan
b) Hubungan
tak berpusat
c) Hubungan
perbawahan
d) Hubungan
koordinatof
e) Hubungan
tanpa partikel atau hubungan parataksis
Nama : Dede Pratiwi
Nim : 2222101678
Kelas : 1D Diksatrasia
Laporan Baca
Judul : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang
: Suherlan dan Odien R
Bab : Fonologi
M. Fonologi
Di
Amerika istilah fonologi disebut fonemik (=Inggris: phonemics), sedangkan di
Eropa disamping fonemik terdapat pula fonetik. Jadi, bagi sarjana (bidang
bahasa) di Eropa, misalnya di Inggris dan Belanda, memahami adanya fonetik dan
fonologi, sedangkan di Amerika Serikat, baik fonetik maupun fonemik dibicarakan
dalam satu tataran yang disebut fonologi (Pateda, 1994). Beberapa manfaat
memelajari fonologi diantaranya:
1) Para
guru bahasa juga sangat berkepentingan menggunakan fonologi untuk membantu
proses pemelajaran bahasa yang efektif.
2) Studi
fonologi dapat menjadi dasar yang sangat penting dalam konteks menyempurnakan
standarisasi pelafalan atau kaidah bunyi suatu bahasa dan transkripsi
tulisannya.
3) Studi
fonologi bernilai penting bagi keperluan menyusun klasifikasi atau tipologi
bahasa.
1.
Ruang
lingkup fonologi
Secara sederhana, materi bidang
fonologi, dalam kajian ilmu bahasa dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Fonetik
dan fonemik
2) Pengenalan
alat ucap
3) Proses
terjadinya bunyi bahasa aatu mekanisme ujaran
4) Klasifkasi
bunyi: fonem vocal dan fonem konsonan, fonem kluster dan diftong
5) Unsur
suprasegmental, dan
6) Silabel
(suku kata)
2.
Fonetik
Fonetik (=phonetics) adala imlu
yang memelajari bunyi-bunyi bahasa tanpa memperhatikan fungsinya untuk
membedakan makna (Verhaar, 1981). Ada tiga cabang fonetik, yaitu: fonetik artikulatoris,
akustik, dan auditoris.
a) Fonetik
artikulatoris
Bunyi
bahasa dihasilkan dari tiga organ tubuh manusia yang utama, yaitu: paru-paru,
pangkal tenggorokan, serta rongga mulut dan hidung.
b) Fonetik
akustik
Fonetik
akustik memelajari bunyi bahasa sebagai gelombang bunyi. Dengan alat-alat
khusus, misalnya spektograf bunyi.
c) Fonetik
auditoris
Fonetik
auditoris menyelidiki bunyi bahasa sebagai sesuatu yang diterima oleh
pendengar.
3.
Alat
ucap manusia
Sebenarnya tidak ada anggota badan
yang khusus digunakan untuk berbicara. Anggota badan yang menghasilkan bunyi
kebetulan berguna untuk tujuan itu, tetapi sebenarnya mempunyai tugas-tugas
lain yang dilihat dari segi kehidupan merupakan tugas utamanya, yakni:
pernapasan, penciuman, dan pencernaan makanan (Sunarto, 1990).
4.
Proses
terjadinya bunyi bahasa atau mekanisme ujaran
Para ahli fonologi biasanya
berasumsi bahwa proses diucapkannya sebuah kata (proses fonologis) terjadi
dengan melewati dua tataran. Pertama, tataran tersirat, yang juga dikenal
dengan sebutan representasi fonologis. Bentuk tersirat ini berubah menjadi
bantuk baru sebagai hasil sebuah proses fonologis. Kedua, tataran tersurat,
atau tepatnya representasi fonetis, yakni ujaran sesungguhnya yang kita
dengarkan.
5.
Bagaimana
bunyi dibuat
Bunyi dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar, yakni bunyi vocal dan konsonan. Perbedaan antarkedua macam
bunyi itu terlettak pada bagaimana memproduksinya.
6.
Fonemik
Ferdinand de Saussure, ahli bahasa
dari Swis itu, menyatakan bahwa bunyi bahasa bersifat dua, yaitu bersifat ujar
(parole) dan bersifat system (langue). Untuk membedakan kedua macam bunyi
tersebut, dipakailah dua istilah yang berbeda, yang pertama disebut satuan
bunyi (fon), yang kedua disebut fonem.
Jenis-jenis klasifikasi fonem:
1) Fonem
segmental
2) Fonem
suprasegmental
7.
Perubahan
fonem
Ucapan sebuah fonem dapat
berbeda-beda sebab sangat tergantung pada lingkungannya, atau pada fonem-fonem
lain yang berada disekitarnya.
Nama : Dede Pratiwi
Nim : 2222101678
Kelas : 1D Diksatrasia
Laporan Baca
Judul : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang
: Suherlan dan Odien R
Bab : Fonologi
N. Morfologi
Morfologi
awalnya disebut sebagai morphemics, yang diambil dari bahasa Grieka. Istilah
morfologi berpadanan dengan kata dalam bahasa Jerman, yakni formenlehre yang
dalam bahasa Inggris berarti the study of form.
1.
Ruang
lingkup morfologi
1) Morfem
dan cara identifikasinya
2) Morf
dan alomorf
3) Klasifikasi
morfem, dan
4) Kata:
hakikat, klasifikasi, serta cara pembentukannya:
a. Proses
morfologis, dan
b. Morfofenemik
2.
Morfem
dan cara identifikasinya
Sebagaimana kita tahu, morfem
merupakan satuan terkecil didalam morfologi, dan satuan terbesarnya adalah
kata.
Untuk mengidentifikasi morfem dalam
suatu bahasa, menurut Samsuri (1994) dapat didasarkan pada tiga prinsip pokok
dan tiga prinsip tambahan, sedangkan menurut Ramlan (1987) pengenalan morfem
suatu bahasa dapat ditempuh melalui enam prinsip pengenalan morfem.
3.
Kata
Sebuah morfem dapat dibentuk hanya
dengan sebuah kata, tetapi sebuah kata belum tentu selalu terdiri atas satu
morfem saja. Sebuah kata mungkin juga dibentuk oleh satu morfem, dua morfem
atau lebih.
4.
Morfofonemik
Morfofonemik atau disebut juga
morfemik, morfofonologi, morfonologi merupakan ilmu yang memelajari perubahan
fonem yang terjadi karena bertemunya suatu morfem dengan morfem lain dalam
proses morfologis. Adapun proses morfologis ialah proses yang terjadi ketika
suatu morfem bergabung dengan morfem lain dalam pembentukan kata poliomorfemis.
5.
Anomali
morfologis
Meskipun pembentukan kata dalam
suatu bahasa telah diatur oleh kaidah morfologi, namun secara deskriptif
ternyata muncul juga kata yang terbentuk secara tidak taat asas atau tidak
seturut kaidah morfologi. Disebut tidak taat asas karena memang menyimpang dari
kaidah morfologi (menyimapng dari konversi gramatikal) yang semestinya sehingga
muncul sebagai bentuk yang tidak berterima atau tidak gramatikal.
6.
Model
analisis morfologi
Dalam kajian morfologi ada tiga hal
yang perlu dipertimbangkan sebagai model analisis, yakni: (i) Word and Paradigma
(WP), (ii) Item and Arrangement (IA), dan Item and Process (IP) (Djajasudarma,
1993).
Nama : Dede Pratiwi
Nim : 2222101678
Kelas : 1D Diksatrasia
Laporan Baca
Judul : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang
: Suherlan dan Odien R
Bab : Sintaksis
O. Sintaksis
Istilah
sintaksis secara langsung terambil dari bahasa Belanda syntaxis. Dalam bahasa
Inggris digunakan istilah syntax. Pakar di Indonesia, Ramlan (2001)
mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa, berbeda dengan
morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem.
1. Hubungan antara sintaksis dan
morfologi
Dalam
wawasan kebahasaan atau dalam studi linguistik, grammar mengacu kepada simpulan
umum tentang keteraturan dan ketidakteraturan yang ada dalam bahasa. Dalam
morfologi, morfem merupakan satuan terkecil dan kata sebagai satuan
terbesarnya, sedangkan dalam sintaksis kata menjadi satuan yang lebih besar.
2.
Ruang
lingkup sintaksis
Ruang
lingkup pembahasan sintaksis meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Alat
sintaksis
2) Satuan-satuan
sintaksis
3) Jenis
dalam satuan-satuan sintaksis, dan
4) Analisis
sintaksis
Nama : Dede Pratiwi
Nim : 2222101678
Kelas : 1D Diksatrasia
Laporan Baca
Judul : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang
: Suherlan dan Odien R
Bab : Semantik
P. Semantik
1.
Pengertian
semantik
Kata
semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang
makna. Istilah ini merupakan istilah baru dalam bahasa Inggris. Selanjutnya,
Keraf (1991) menegaskan bahwa dalam semantik hanya dibicarakan tentang makna
kata dan perkembangan makna kata; serta menurut Muhadjir (1990) dalam artinya
yang luas, semantik membahas tentang makna, baik makna yang terdapat dalam
morfem, kata, kalimat maupun dalam wacana.
2.
Semantik
dalam kajian linguistik
Dengan anggapan bahwa
makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik menjadi bagian dari linguistik.
3.
Hubungan
semantik dengan sintaksis
Tidak benar bahwa unsur
gramatkal mutlak terpisah dari unsur leksikal. Untuk dapat menyusun kalimat
yang dapat dimengerti oleh lawan bicara tidak cukup hanya dengan menggabungkan
beberapa kata dengan kaidah-kaidah gramatikal semata.
4.
Ruang
lingkup kajian semantik
Semantik apat mencakup
bidang yang lebih luas, baik dari segi struktur dan fungsi bahasa maupun dari
segi interdisiplin bidang ilmu. Akan tetapi, ruang lingkup semantik berkisar
pada hubungan ilmu makna itu sendiri didalam linguistik, meskipun faktor
nonlinguistic ikut mempengaruhi pelbagai fungsi bahasa yang nonsimbolik (emotif
dan afektif). Semantik memiliki ruang lingkup kajian sebagai berikut:
1) Pengertian
semantik
2) Jenis
semantik
3) Kedudukan
semantik dalam semiotik
4) Hubungan
semantik dengan disiplin ilmu lain
5) Pengertian
makna
6) Jenis-jenis
makna
7) Perubahan
makna
8) Hubungan
makna dalam gaya bahasa, peribahasa, dan ungkapan
9) Hal-hal
yang berkait dengan relasi makna, seperti antonim, hiponim, homonim, polisemi,
sinonim, dan medan makna
10) Cara
menganalisis makna
5.
Analisis
komponen
Analisis komponen
merupakan pendekatan yang didasarkan kepada kepercayaan bahwa makna kata dapat
dipecah-pecah menjadi elemen-elemen makna yang merupakan cirri makna kata yang
bersangkutan. Jadi, menurut pendekatan ini analisis komponen setiap kata mengandung
sejumlah komponen yang bersama-sama member makna tertentu kepada kata itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar