Nama : Dede Pratiwi Susilowati
Kelas : 3 D Diksatrasia
Nim : 2222101678
ANALISIS 3
NOVEL PRESIDEN PRAWIRA NEGARA
Novel kisah 207 hari
Syafrudin Prawiranegara-Presiden Prawiranegara karya Akmal Nasery Basral ini
merupakan novel sejarah ketiga, setelah sebelumnya penulis menerbitkan 2 novel
sejarah pula. Novel ini jelas terinspirasi dari kisah Syafrudin Prawiranegara
pada zaman pemerintahan rezim, namun tentu saja dengan unsur imajinasi serta
dramalisasi dibanyak bagian dalam novel ini agar novel ini menjadi lebih hidup
tentunya.
Menurut analisis saya
terhadap novel ini adalah sangat luar biasa, ada banyak sekali gendre novel
yang beredar dipasaran dan tidak heran yang menguasai mangsa pasar dari tahun
ke tahun adalah novel tentang percintaan atau biasa disebut romance, namun
Akmal Nasery Basral justru mengambil gendre tentang serajah. Yang mana kita
ketahui sendiri dimasyarakat kita saat ini minat membacanya rendah apalagi
mengenai novel sejarah seperti ini, bagi kaum awam apalah artinya sebuah
sejarah. Tapi itu tidak mematahkan semangat sang penulis untuk menerbitkan
novel fiksi sejarah ini. Beliau justru ingin menunjukkan pada masyarakat
tentang adanya seorang Presiden yang namanya tidak ditulis di sejarah Nasional
Negara kita.
Setelah membaca novel
ini pikiran saya menjadi terbuka akan hal-hal nasionalis, sebelumnya saya tidak
pernah mengenal siapa itu sosok Presiden Prawiranegara sesungguhnya sebab saya
hidup setelah zaman orde baru. Apalagi dibuku sejarah disekolah tidak pernah
dijelaskan siapa Beliau, namun setelah saya membaca novel ini wawasan saya pun
terbuka menganai adanya seorang yang memimpin Indonesia selama 207hari namun
namanya tidak lah diukir dalam sejarah Negara kita, saya sangat bangga terhadap
kesederhanaan Beliau yang penulis ceritakan dalam novel ini dengan sangat baik,
namun disisi lain saya sangat prihatin mengapa Beliau yang secara simbolis
memimpin bangsa selama 207 hari dalam Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
atau PDRI, seharusnya namanya juga dicantumkan dalam sejarah Nasional Indonesia
mengingat perjuangan Beliau.
Sudut pandang novel ini
adalah sudut pandang pertama dan sudut pandang serba tahu. Novel ini memiliki
11 bab cerita yang ceritanya dibuat dengan selang seling sehingga pembaca
dituntut agar membaca dengan seksama. Dimana bab pertama dan kedua dari novel
ini menceritakan tentang Presiden Prawiranegara lalu diselang di bab ketiga dan
keempat tentang Kamil Koto lalu kembali ke cerita Presiden Prawiranegara dan
kemudian diakhiri dengan bertemunya Kamil koto dengan Presiden Prawiranegara
kembali.
Novel ini
menceritakan tentang pengalaman Kamil Koto seorang pencuri dan Ketua PDRI
Syafruddin Prawiranegara, atau yang dikenal dengan Pak Syaf. Kebersamaan mereka
dalam memperjuangkan bangsa selama 207 hari membuat Kamil dapat mengenali sosok
Pak Syaf, seseorang yang ia anggap sebagai Presiden pada masa itu walaupun
secara hukum belum diakui sebagai Presiden. Perubahan hidup Kamil terjadi
ketika ketahuan mencuri jam Ajo Sidi, orang kaya yang terkenal pelit. Ia
dipukuli oleh tukang pukul Ajo Sidi hingga babak belur. Nyawa Kamil selamat
ketika Mr. Rasyid datang untuk menolong Kamil yang sudah sekarat. Pertemuan
dengan Mr. Rasyid lah yang telah mengubah hidup Kamil. Keahliannya sebagai
tukang pijit dipercaya Mr. Rasyid untuk mengikuti perjalannya sehingga bertemu
dengan Ketua PDRI Syafaruddin Prawiranegara.
Novel ini tidak
melulu menceritakan tentang perjuangan semata namun juga diselingi dengan
adanya cerita percintaan antara Kamil Koto dengan Puti Azzahra anak dari
Ajosidi orang kaya raya yang sangat pelit yang pernah memukuli Kamil Koto
karena Kamil koto pernah mencuri jam tangan miliknya itu.
Menurut saya keseluruhan novel fiksi sejarah ini sudah cukup baik namun
ada bagian dalam novel ini yang harusnya di kritisi lebih lanjut yaitu bagian
dimana terdapat
adegan tentang hubungan Soekarno dan Sjahrir yang buruk semasa ditawan
Belanda yang diceritakan oleh penulis dengan bahasa yang menurut saya pribadi kurang baik sebab tentu saja pembaca novel berasal dari kalangan manapun dan usia manapun, saya khawatir sebab ada bahasa yang kurang sopan, dimana dalam novel itu diceritakan dalam sebuah dialog yang menggunakan bahasa kurang baik dari seorang Presiden, Kepala Negara, yang sangat dihormati. Namun penulis menulis dialog tersebut dengan sangat gamblang, tanpa memperhatikan banyak faktor yang bisa saja terjadi akibat penulisan dialog yang memakai kata-kata kurang baik itu seperti penggunaan kata tolol dan goblok dalam dialog di novel ini. Namun secara keseluruhan penilaian saya terhadap novel ini adalah cukup baik dan sangat direkomendasikan untuk dibaca kaum remaja tentunya untuk menumbuhkan sikap nasionalis serta optimis dalam dirinya.
Belanda yang diceritakan oleh penulis dengan bahasa yang menurut saya pribadi kurang baik sebab tentu saja pembaca novel berasal dari kalangan manapun dan usia manapun, saya khawatir sebab ada bahasa yang kurang sopan, dimana dalam novel itu diceritakan dalam sebuah dialog yang menggunakan bahasa kurang baik dari seorang Presiden, Kepala Negara, yang sangat dihormati. Namun penulis menulis dialog tersebut dengan sangat gamblang, tanpa memperhatikan banyak faktor yang bisa saja terjadi akibat penulisan dialog yang memakai kata-kata kurang baik itu seperti penggunaan kata tolol dan goblok dalam dialog di novel ini. Namun secara keseluruhan penilaian saya terhadap novel ini adalah cukup baik dan sangat direkomendasikan untuk dibaca kaum remaja tentunya untuk menumbuhkan sikap nasionalis serta optimis dalam dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar