Minggu, 06 Januari 2013

ikhwal ilmu bahasa dan cakupannya


Nama : Dede Pratiwi
Nim    : 2222101678
Kelas  : 1D Diksatrasia

Laporan Baca
Judul         : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang : Suherlan dan Odien R
Bab            : Hubungan antara Linguistik dan Ilmu-ilmu Lainnya

J.       Hubungan antara Linguistik dan Ilmu-ilmu Lainnya
1. Linguistik sebagai sebuah cabang ilmu
            Paradigma ilmu dapat dianggap sebagai suatu skema kognitif yang dimiliki bersama. Sebagaimana skema kognitif itu member kita, sebagai individu, suatu cara untuk mengerti alam sekeliling, suatu cara memahami alam alamiah. Bila seorang pakar memperhatikan suatu fenomena dan menafsirkan perhatian terhadap hal itu, maka pakar sains itu menggunakan suatu paradigm ilmu untuk member makna bagi penafsiran perhatian terhdap hal itu.
            Kemungkinan penggabungan dua pokok persoalan ataupun penyatuan dua pusat minat dalam menelaah sebuah fenomena, ilmu dapat dibagi menjadi tujuh jenis, yakni:
1.      Ilmu-ilmu matematis
2.      Ilmu-ilmu fisik
3.      Ilmu-ilmu biologis
4.      Ilmu-ilmu psikologis
5.      Ilmu-ilmu sosial
6.      Ilmu linguistik, dan
7.      Ilmu-ilmu interdisipliner
2. Relasi linguistik dan ilmu-ilmu lain
            Asal mula segala ilmu adalah filsafat. Dengan kata lain, filsafatlah yang menjadi pohon ilmu sehingga dari filsafat tumbuhlah dahan, cabang, dan tangkai ilmu yang beragam termasuk didalamnya ialah linguistik (ilmu bahasa).
            Berkait dengan linguistik, ternyata bukan menjadi fokus minat dan keahlian para ahli bahasa semata. Ada banyak pakar yang tertarik meneliti atau mendalami bahasa, terutama berkaitan dengan kebutuhan aplikasinya pada berbagai bidang. Begitu pula bagi para ahli bahasa yang ternyata menghadapi banyak persoalan linguistik yang sulit dipecahkan tanpa melibatkan disiplin lain.












Nama : Dede Pratiwi
Nim    : 2222101678
Kelas  : 1D Diksatrasia

Laporan Baca
Judul         : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang : Suherlan dan Odien R
Bab            : Ahli Bahasa dan Tugasnya 
K.      Ahli Bahasa dan Tugasnya  
            Seorang linguis adalah seorang yang mumpuni secara teoretiss dalam hal aspek-aspek bahasa secara universal. Akan tetapi tidaklah salah jika dikatakan bahwa ada sekian ahli bahasa yang juga mengetahui dan menguasai banyak bahasa, mereka menguasai aspek teoretis dan praktis banyak bahasa.
            Seorang linguis juga berbeda dengan guru bahasa. Dikotomi perbedaan itu boleh jadi sangat tipis. Seorang linguis bekerja menganalisis bahasa untuk selanjutnya menyampaikan deskrispsi dan teori hasil kajiannya. Selanjutnya, guru bahasa memakai teori dan deskripsi dari ahli bahasa dalam aplikasi pemelajaran bahasa. Dipihak lain, memang ada beberapa orang linguis yang juga sebagai guru dan dosen, tetapi memang ada yang hanya sebagai peneliti. Dengan demikian boleh kita dikotomikan bahwa linguis berbeda dengan guru bahasa walaupun ada juga linguis yang jadi guru bahasa. Akan tetapi, mungkin pula ada guru bahasa yang menjadi ahli bahasa. Beberapa syarat menjadi linguis yakni:
1)      Minat terhadap bahasa
2)      Memiliki pengetahuan dan wawasan kebahasaan
3)      Mampu meneliti
4)      Mengetahui manfaat
5)      Melahirkan teori
6)      Menguasai prinsip dan kaidah ilmu
Adapun tugas pokok seorang linguis dapat disimpulkan sebagai berikut:
1)      Tugas deskriptif dan eksplanatif, yakni memerikan gejala kebahasaan dan menerangkannya
2)      Tugas prediktif dan pengembangan, yakni tugas mempraduga dalam bentuk hipotesis yang selanjutnya diuji secara ilmiah. Melalui langkah prediksi akan dihasilkan teori, dan teori yang dihasilkan sekaligus juga menjadi langkah mengembangkan ilmu bahasa
3)      Tugas kontrol, yaitu mengontrol masalah dan mengontrol hasil yang didapat setelah seorang linguis melakukan penelitian kebahasaa.












Nama : Dede Pratiwi
Nim    : 2222101678
Kelas  : 1D Diksatrasia

Laporan Baca
Judul         : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang : Suherlan dan Odien R
Bab            : Tataran Gramatikal

L.      Tataran Gramatikal
1.         Satuan-satuan gramatikal
            Unsur-unsur berupa fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana lazim pula disebut dengan istilah satuan gramatikan atau tataran gramatikal. Dikaitkan dengan kajian linguistik, satuan gramatikal akan menjadi satuan terbesar atau terkecil dalam tiap tataran linguistik.
2.         Hubungan antarsatuan gramatikal
            Hubungan antarsatuan gramatikal dapat bersifat normal, yakni satuan yang lebih rendah merupakan konstituen dari konstruksi yang satu tingkat lebih tinggi. Akan tetapi, dalam bahasa terdapat hubungan yang lain sifatnya.
a)      Pelompatan tingkat
b)      Pelapisan
c)      Penurunan tingkat


3.         Hubungan antarkonstituen
            Setiap konstruksi, baik kata, frasa, klausa, kalimat, maupun wacana disusun oleh beberapa konstituen. Jenis satuan-satuan yang menjadi konstituen pembentuk konstruksi mempunyai peranan dalam menandai perbedaan diantara berbagai konstruksi.
a)      Hubungan perwatasan
b)      Hubungan tak berpusat
c)      Hubungan perbawahan
d)     Hubungan koordinatof
e)      Hubungan tanpa partikel atau hubungan parataksis













Nama : Dede Pratiwi
Nim    : 2222101678
Kelas  : 1D Diksatrasia

Laporan Baca
Judul         : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang : Suherlan dan Odien R
Bab            : Fonologi

M.     Fonologi
            Di Amerika istilah fonologi disebut fonemik (=Inggris: phonemics), sedangkan di Eropa disamping fonemik terdapat pula fonetik. Jadi, bagi sarjana (bidang bahasa) di Eropa, misalnya di Inggris dan Belanda, memahami adanya fonetik dan fonologi, sedangkan di Amerika Serikat, baik fonetik maupun fonemik dibicarakan dalam satu tataran yang disebut fonologi (Pateda, 1994). Beberapa manfaat memelajari fonologi diantaranya:
1)      Para guru bahasa juga sangat berkepentingan menggunakan fonologi untuk membantu proses pemelajaran bahasa yang efektif.
2)      Studi fonologi dapat menjadi dasar yang sangat penting dalam konteks menyempurnakan standarisasi pelafalan atau kaidah bunyi suatu bahasa dan transkripsi tulisannya.
3)      Studi fonologi bernilai penting bagi keperluan menyusun klasifikasi atau tipologi bahasa.



1.      Ruang lingkup fonologi
Secara sederhana, materi bidang fonologi, dalam kajian ilmu bahasa dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)      Fonetik dan fonemik
2)      Pengenalan alat ucap
3)      Proses terjadinya bunyi bahasa aatu mekanisme ujaran
4)      Klasifkasi bunyi: fonem vocal dan fonem konsonan, fonem kluster dan diftong
5)      Unsur suprasegmental, dan
6)      Silabel (suku kata)
2.      Fonetik
Fonetik (=phonetics) adala imlu yang memelajari bunyi-bunyi bahasa tanpa memperhatikan fungsinya untuk membedakan makna (Verhaar, 1981). Ada tiga cabang fonetik, yaitu: fonetik artikulatoris, akustik, dan auditoris.
a)      Fonetik artikulatoris
Bunyi bahasa dihasilkan dari tiga organ tubuh manusia yang utama, yaitu: paru-paru, pangkal tenggorokan, serta rongga mulut dan hidung.
b)      Fonetik akustik
Fonetik akustik memelajari bunyi bahasa sebagai gelombang bunyi. Dengan alat-alat khusus, misalnya spektograf bunyi.
c)      Fonetik auditoris
Fonetik auditoris menyelidiki bunyi bahasa sebagai sesuatu yang diterima oleh pendengar.
3.      Alat ucap manusia
Sebenarnya tidak ada anggota badan yang khusus digunakan untuk berbicara. Anggota badan yang menghasilkan bunyi kebetulan berguna untuk tujuan itu, tetapi sebenarnya mempunyai tugas-tugas lain yang dilihat dari segi kehidupan merupakan tugas utamanya, yakni: pernapasan, penciuman, dan pencernaan makanan (Sunarto, 1990).
4.      Proses terjadinya bunyi bahasa atau mekanisme ujaran
Para ahli fonologi biasanya berasumsi bahwa proses diucapkannya sebuah kata (proses fonologis) terjadi dengan melewati dua tataran. Pertama, tataran tersirat, yang juga dikenal dengan sebutan representasi fonologis. Bentuk tersirat ini berubah menjadi bantuk baru sebagai hasil sebuah proses fonologis. Kedua, tataran tersurat, atau tepatnya representasi fonetis, yakni ujaran sesungguhnya yang kita dengarkan.
5.      Bagaimana bunyi dibuat
Bunyi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni bunyi vocal dan konsonan. Perbedaan antarkedua macam bunyi itu terlettak pada bagaimana memproduksinya.
6.      Fonemik
Ferdinand de Saussure, ahli bahasa dari Swis itu, menyatakan bahwa bunyi bahasa bersifat dua, yaitu bersifat ujar (parole) dan bersifat system (langue). Untuk membedakan kedua macam bunyi tersebut, dipakailah dua istilah yang berbeda, yang pertama disebut satuan bunyi (fon), yang kedua disebut fonem.
Jenis-jenis klasifikasi fonem:
1)      Fonem segmental
2)      Fonem suprasegmental
7.      Perubahan fonem
Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda sebab sangat tergantung pada lingkungannya, atau pada fonem-fonem lain yang berada disekitarnya.








Nama : Dede Pratiwi
Nim    : 2222101678
Kelas  : 1D Diksatrasia

Laporan Baca
Judul         : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang : Suherlan dan Odien R
Bab            : Fonologi

N.      Morfologi
            Morfologi awalnya disebut sebagai morphemics, yang diambil dari bahasa Grieka. Istilah morfologi berpadanan dengan kata dalam bahasa Jerman, yakni formenlehre yang dalam bahasa Inggris berarti the study of form.
1.      Ruang lingkup morfologi
1)      Morfem dan cara identifikasinya
2)      Morf dan alomorf
3)      Klasifikasi morfem, dan
4)      Kata: hakikat, klasifikasi, serta cara pembentukannya:
a.       Proses morfologis, dan
b.      Morfofenemik
2.      Morfem dan cara identifikasinya
Sebagaimana kita tahu, morfem merupakan satuan terkecil didalam morfologi, dan satuan terbesarnya adalah kata.
Untuk mengidentifikasi morfem dalam suatu bahasa, menurut Samsuri (1994) dapat didasarkan pada tiga prinsip pokok dan tiga prinsip tambahan, sedangkan menurut Ramlan (1987) pengenalan morfem suatu bahasa dapat ditempuh melalui enam prinsip pengenalan morfem.


3.      Kata
Sebuah morfem dapat dibentuk hanya dengan sebuah kata, tetapi sebuah kata belum tentu selalu terdiri atas satu morfem saja. Sebuah kata mungkin juga dibentuk oleh satu morfem, dua morfem atau lebih.
4.      Morfofonemik
Morfofonemik atau disebut juga morfemik, morfofonologi, morfonologi merupakan ilmu yang memelajari perubahan fonem yang terjadi karena bertemunya suatu morfem dengan morfem lain dalam proses morfologis. Adapun proses morfologis ialah proses yang terjadi ketika suatu morfem bergabung dengan morfem lain dalam pembentukan kata poliomorfemis.
5.      Anomali morfologis
Meskipun pembentukan kata dalam suatu bahasa telah diatur oleh kaidah morfologi, namun secara deskriptif ternyata muncul juga kata yang terbentuk secara tidak taat asas atau tidak seturut kaidah morfologi. Disebut tidak taat asas karena memang menyimpang dari kaidah morfologi (menyimapng dari konversi gramatikal) yang semestinya sehingga muncul sebagai bentuk yang tidak berterima atau tidak gramatikal.
6.      Model analisis morfologi
Dalam kajian morfologi ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan sebagai model analisis, yakni: (i) Word and Paradigma (WP), (ii) Item and Arrangement (IA), dan Item and Process (IP) (Djajasudarma, 1993).







Nama : Dede Pratiwi
Nim    : 2222101678
Kelas  : 1D Diksatrasia

Laporan Baca
Judul         : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang : Suherlan dan Odien R
Bab            : Sintaksis
O.      Sintaksis
            Istilah sintaksis secara langsung terambil dari bahasa Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Pakar di Indonesia, Ramlan (2001) mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem.
1.      Hubungan antara sintaksis dan morfologi
Dalam wawasan kebahasaan atau dalam studi linguistik, grammar mengacu kepada simpulan umum tentang keteraturan dan ketidakteraturan yang ada dalam bahasa. Dalam morfologi, morfem merupakan satuan terkecil dan kata sebagai satuan terbesarnya, sedangkan dalam sintaksis kata menjadi satuan yang lebih besar.
2.      Ruang lingkup sintaksis
Ruang lingkup pembahasan sintaksis meliputi hal-hal sebagai berikut:
1)      Alat sintaksis
2)      Satuan-satuan sintaksis
3)      Jenis dalam satuan-satuan sintaksis, dan
4)      Analisis sintaksis
Nama : Dede Pratiwi
Nim    : 2222101678
Kelas  : 1D Diksatrasia

Laporan Baca
Judul         : Ikhwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya
Pengarang : Suherlan dan Odien R
Bab            : Semantik

P.      Semantik
1.      Pengertian semantik
            Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang makna. Istilah ini merupakan istilah baru dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, Keraf (1991) menegaskan bahwa dalam semantik hanya dibicarakan tentang makna kata dan perkembangan makna kata; serta menurut Muhadjir (1990) dalam artinya yang luas, semantik membahas tentang makna, baik makna yang terdapat dalam morfem, kata, kalimat maupun dalam wacana.
2.      Semantik dalam kajian linguistik
Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik menjadi bagian dari linguistik.
3.      Hubungan semantik dengan sintaksis
Tidak benar bahwa unsur gramatkal mutlak terpisah dari unsur leksikal. Untuk dapat menyusun kalimat yang dapat dimengerti oleh lawan bicara tidak cukup hanya dengan menggabungkan beberapa kata dengan kaidah-kaidah gramatikal semata.


4.      Ruang lingkup kajian semantik
Semantik apat mencakup bidang yang lebih luas, baik dari segi struktur dan fungsi bahasa maupun dari segi interdisiplin bidang ilmu. Akan tetapi, ruang lingkup semantik berkisar pada hubungan ilmu makna itu sendiri didalam linguistik, meskipun faktor nonlinguistic ikut mempengaruhi pelbagai fungsi bahasa yang nonsimbolik (emotif dan afektif). Semantik memiliki ruang lingkup kajian sebagai berikut:
1)      Pengertian semantik
2)      Jenis semantik
3)      Kedudukan semantik dalam semiotik
4)      Hubungan semantik dengan disiplin ilmu lain
5)      Pengertian makna
6)      Jenis-jenis makna
7)      Perubahan makna
8)      Hubungan makna dalam gaya bahasa, peribahasa, dan ungkapan
9)      Hal-hal yang berkait dengan relasi makna, seperti antonim, hiponim, homonim, polisemi, sinonim, dan medan makna
10)  Cara menganalisis makna
5.      Analisis komponen
Analisis komponen merupakan pendekatan yang didasarkan kepada kepercayaan bahwa makna kata dapat dipecah-pecah menjadi elemen-elemen makna yang merupakan cirri makna kata yang bersangkutan. Jadi, menurut pendekatan ini analisis komponen setiap kata mengandung sejumlah komponen yang bersama-sama member makna tertentu kepada kata itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar