Minggu, 06 Januari 2013

analisis novel presiden PRAWIRA NEGARA


Nama    :      Dede Pratiwi Susilowati
Kelas    :      3 D Diksatrasia
Nim       :      2222101678
ANALISIS 3
NOVEL PRESIDEN PRAWIRA NEGARA
Novel kisah 207 hari Syafrudin Prawiranegara-Presiden Prawiranegara karya Akmal Nasery Basral ini merupakan novel sejarah ketiga, setelah sebelumnya penulis menerbitkan 2 novel sejarah pula. Novel ini jelas terinspirasi dari kisah Syafrudin Prawiranegara pada zaman pemerintahan rezim, namun tentu saja dengan unsur imajinasi serta dramalisasi dibanyak bagian dalam novel ini agar novel ini menjadi lebih hidup tentunya.
Menurut analisis saya terhadap novel ini adalah sangat luar biasa, ada banyak sekali gendre novel yang beredar dipasaran dan tidak heran yang menguasai mangsa pasar dari tahun ke tahun adalah novel tentang percintaan atau biasa disebut romance, namun Akmal Nasery Basral justru mengambil gendre tentang serajah. Yang mana kita ketahui sendiri dimasyarakat kita saat ini minat membacanya rendah apalagi mengenai novel sejarah seperti ini, bagi kaum awam apalah artinya sebuah sejarah. Tapi itu tidak mematahkan semangat sang penulis untuk menerbitkan novel fiksi sejarah ini. Beliau justru ingin menunjukkan pada masyarakat tentang adanya seorang Presiden yang namanya tidak ditulis di sejarah Nasional Negara kita.
Setelah membaca novel ini pikiran saya menjadi terbuka akan hal-hal nasionalis, sebelumnya saya tidak pernah mengenal siapa itu sosok Presiden Prawiranegara sesungguhnya sebab saya hidup setelah zaman orde baru. Apalagi dibuku sejarah disekolah tidak pernah dijelaskan siapa Beliau, namun setelah saya membaca novel ini wawasan saya pun terbuka menganai adanya seorang yang memimpin Indonesia selama 207hari namun namanya tidak lah diukir dalam sejarah Negara kita, saya sangat bangga terhadap kesederhanaan Beliau yang penulis ceritakan dalam novel ini dengan sangat baik, namun disisi lain saya sangat prihatin mengapa Beliau yang secara simbolis memimpin bangsa selama 207 hari dalam Pemerintahan Darurat Republik Indonesia atau PDRI, seharusnya namanya juga dicantumkan dalam sejarah Nasional Indonesia mengingat perjuangan Beliau.
Sudut pandang novel ini adalah sudut pandang pertama dan sudut pandang serba tahu. Novel ini memiliki 11 bab cerita yang ceritanya dibuat dengan selang seling sehingga pembaca dituntut agar membaca dengan seksama. Dimana bab pertama dan kedua dari novel ini menceritakan tentang Presiden Prawiranegara lalu diselang di bab ketiga dan keempat tentang Kamil Koto lalu kembali ke cerita Presiden Prawiranegara dan kemudian diakhiri dengan bertemunya Kamil koto dengan Presiden Prawiranegara kembali.
Novel ini menceritakan tentang pengalaman Kamil Koto seorang pencuri dan Ketua PDRI Syafruddin Prawiranegara, atau yang dikenal dengan Pak Syaf. Kebersamaan mereka dalam memperjuangkan bangsa selama 207 hari membuat Kamil dapat mengenali sosok Pak Syaf, seseorang yang ia anggap sebagai Presiden pada masa itu walaupun secara hukum belum diakui sebagai Presiden. Perubahan hidup Kamil terjadi ketika ketahuan mencuri jam Ajo Sidi, orang kaya yang terkenal pelit. Ia dipukuli oleh tukang pukul Ajo Sidi hingga babak belur. Nyawa Kamil selamat ketika Mr. Rasyid datang untuk menolong Kamil yang sudah sekarat. Pertemuan dengan Mr. Rasyid lah yang telah mengubah hidup Kamil. Keahliannya sebagai tukang pijit dipercaya Mr. Rasyid untuk mengikuti perjalannya sehingga bertemu dengan Ketua PDRI Syafaruddin Prawiranegara.
Novel ini tidak melulu menceritakan tentang perjuangan semata namun juga diselingi dengan adanya cerita percintaan antara Kamil Koto dengan Puti Azzahra anak dari Ajosidi orang kaya raya yang sangat pelit yang pernah memukuli Kamil Koto karena Kamil koto pernah mencuri jam tangan miliknya itu.
Menurut saya keseluruhan novel fiksi sejarah ini sudah cukup baik namun ada bagian dalam novel ini yang harusnya di kritisi lebih lanjut yaitu bagian dimana terdapat adegan tentang hubungan Soekarno dan Sjahrir yang buruk semasa ditawan
Belanda yang diceritakan oleh penulis dengan bahasa yang menurut saya pribadi kurang baik sebab tentu saja pembaca novel berasal dari kalangan manapun dan usia manapun, saya khawatir sebab ada bahasa yang kurang sopan, dimana dalam novel itu diceritakan dalam sebuah dialog yang menggunakan bahasa kurang baik dari seorang Presiden, Kepala Negara, yang sangat dihormati. Namun penulis menulis dialog tersebut dengan sangat gamblang, tanpa memperhatikan banyak faktor yang bisa saja terjadi akibat penulisan dialog yang memakai kata-kata kurang baik itu seperti penggunaan kata tolol dan goblok dalam dialog di novel ini. Namun secara keseluruhan penilaian saya terhadap novel ini adalah cukup baik dan sangat direkomendasikan untuk dibaca kaum remaja tentunya untuk menumbuhkan sikap nasionalis serta optimis dalam dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar