Minggu, 06 Januari 2013

analisis puisi buah rindu


Analisis buah rindu oleh DEDE PRATIWI
Analisis puisi

Buah rindu
Dikau sambur limbur pada senja
Dikau alkamar purnama raya
Asalkan kanda bergurau senda
Dengan adinda tajuk mahkota

Di tuan rama-rama melayang
Di dinda dendang sayang
Asalkan kanda selang-menyelang
Melihat adinda kekasih abang.

Ibu, seruku ini laksana pemburu
Memikat perkutut di pohon ru
Sepantun swara laguan rindu
Menangisi kelana berhati mutu

Kelana jauh duduk merantau
Dibalik gunung dewala hijau
Diseberang laut cermin silau
Tanah Jawa mahkota pulau….

Buah kenanganku entah kemana
Lalu mengembara kesini sana
Haram berkata sepatah jua
Ia lalu meninggalkan beta.
Ibu lihatlah anakmu muda belia
Setiap waktu sepanjang masa
Duduk termenung berhati duka
Laksana asmara kehilangan seroja.

Bunda waktu tuan melahirkan beta
Pada subuh kembang cempaka
Adakah ibu menaruh sangka
Bahwa begini peminta anakda?

Wah kalau begini naga-naganya
Kayu basah dimakan api
Aduh kalau begini laku rupanya
Tentulah badan lekaslah fani.

A.Analisis puisi berdasarkan model pendekatannya terhadap karya sastra
Berdasarkan model pendekatan terhadap karya sastra, kritik sastra digolongkan menjadi empat tipe:
1.Kritik Mimetik (Mimetic criticism)
Kritik mimetic memandang karya sastra sebagai tiruan, pencerminan, atau penggambaran dunia luar dan kehidupan manusia. Kriteria yang utama dikenakan pada karya sastra adalah ‘kebenaran’ penggambarannya terhadap objek yang digambarkan atau hendak digambarkan. Dalam puisi Buah rindu, mimetic terlihat pada baris yang berbunyi:
1. Melihat adinda kekasih abang (Bait ke2, Baris ke4)
2. Kelana jauh duduk merantau (Bait ke 4, Baris ke1)
3. Haram berkata sepatah jua (Bait ke5, Baris ke3)
4 .Ia lalu meninggalkan beta. (Bait ke5, Baris ke 4)

2. Kritik Pragmatik
Kritik ini memandang karya sastra sebagai sesuatu yang disusun yang mempuyai untuk mencapai efek-efek tertentu pada pembaca. Kritik pragmatik cenderung menimbang nilai karya sastra sesuai dengan keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut.

3. Kritik Ekspresif
Kritik ekspresif mendefenisikan puisi sebagai ekspresi, curahan, ucapan perasaan, atau sebagai produk imajinasi penyair. Kritik ini menghubungkan karya sastra dengan pengarang. Puisi Buah Rindu merupakan refleksi dari Amir Hamzah yang merupakan ungkapan isi hatinya pada saat itu.

4.Kritik Objektif
Kritik ini menganggap karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri bebas dari penyair, pembaca, dan dunia sekitarnya. Kriteria utama dalam kritik objektif adalah kriteria intristik. Puisi karya Amir Hamzah ini terdiri dari 32 baris. Penyair menuliskan puisinya seakan bercerita. Dalam puisi ini, terdapat;
Majas Asosiasi
Contohnya:                  
Kayu basah dimakan api

Majas Hiperbola
Contohnya:
Dikau sambur limbur pada senja
Dikau alkamar purnama raya
Asalkan kanda bergurau senda
Dengan adinda tajuk mahkota

B. Analisis puisi berdasarkan bentuk dan isinya
1. berdasarkan bentuknya
puisi Buah Rindu mempunyai 32baris dengan bentuk seakan bercerita. Puisi ini tidak mempunyai ritme akan tetapi puisi ini mempunyai rima:
Di tuan rama-rama melayang
Di dinda dendang sayang
Asalkan kanda selang-menyelang
Melihat adinda kekasih abang

a.Majas Asosiasi
Kayu basah dimakan api
Majas Asosiasi adalah majas perumpamaan suatu perbandingan dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Dalam puisi ini maksud dari penyair adalah perumpamaan dari kayu basah yang terbakar oleh api adalah sesuatu hal yang tidak mungkin terjadi.

b.Majas Hiperbola
Dikau sambur limbur pada senja
Dikau alkamar purnama raya
Asalkan kanda bergurau senda
Dengan adinda tajuk mahkota

Majas Hiperbola adalah majas yang bersifat melebih-lebihkan sesuatu, hingga mendapatkan susunan kata yang indah dalam puisi.               
-Dikau sambur limbur pada senja
Maksud pengarang bisa jadi dikau seperti penerang ketika aku menemui titik sulit dalam hidup

-Dikau alkamar purnama raya
Dikau bagaikan penerang disaat aku menemui titik sulit dalam hidup. seperti bulan purnama yang cahayanya terang berderang menerangi malam yang gelap gulita.

2. Bedasarkan isinya
Puisi Buah Rindu merupakan puisi yang dibuat sebagai suasana hati pengarang pada saat itu yang sedang dilanda rindu kepada kekasihnya namun kekasihnya merantau jauh sehingga memutuskan dirinya begitu saja, ditengah kegalauan serta kerinduan kepada gadis itu, Amir Hamzah pun menceritakan apa yang dialaminya kepada ibunya.
Dikau sambur limbur pada senja
Kamu seperti penerang ketika aku menemui titik sulit dalam hidup

Dikau alkamar purnama raya
Kamu bagaikan penerang disaat aku menemui titik sulit dalam hidup. seperti bulan purnama yang cahayanya terang berderang menerangi malam yang gelap gulita.

Asalkan kanda bergurau senda
Asalkan aku bisa bercanda dengan kamu

Dengan adinda tajuk mahkota
Dengan kamu kekasihku sebagai yang terindah yang paling utama dalam hidupku

Di tuan rama-rama melayang
Kau kujadikan segalanya dengan kupertuan hingga kau merasa kau memanglah segalanya


Di dinda dendang sayang
Padamu aku merayu, menggombal, menunjukkan rasa sayangku

Asalkan kanda selang-menyelang
Asalkan aku bisa mecuri-curi waktu

Melihat adinda kekasih abang.
Agar dapat berjumpa denganmu, kekasih hatiku

Ibu, seruku ini laksana pemburu
Ibu, aku ingin menceritakan apa yang terjadi padaku saat ini. Aku seperti seorang yang memburu

Memikat perkutut di pohon ru
Dan mencoba menarik hati seseorang yang mustahil sekali aku dapatkan karena orang itu mudah menghilang dari hidupku dengan sekejap layaknya seekor burung perkutut yang hinggap dipohon, mudah saja burung itu terbang kembali.

Sepantun swara laguan rindu
Menangisi kelana berhati mutu
Sebuah pantun lagu rindu kubuat sebagai ungkapan hatiku yang sangat sedih karena kepergianmu

Kelana jauh duduk merantau
Yang merantau jauh di sana

Dibalik gunung dewala hijau
Diseberang laut cermin silau
Tanah Jawa mahkota pulau….
Sedangkan aku disini terus menantimu, aku tetap dipulau Jawa sedangkan dirimu diluar pulau Jawa

Buah kenanganku entah keman
Lalu mengembara kesini sana
Cerita tentang kita berdua seakan telah pudar dimakan waktu karena terlalu lama tidak bertemu

Haram berkata sepatah jua
Ia lalu meninggalkan beta.
Kau meninggalkan aku tanpa mengatakan apapun sebelumnya, tidak ada kabar, tiba-tiba memutuskanku begitu saja

Ibu lihatlah anakmu muda belia
Setiap waktu sepanjang masa
Duduk termenung berhati duka
Laksana asmara kehilangan seroja.
Ibu aku ingin bercerita padamu, aku masih muda waktunya mencari cinta namun setiap hari yang kupikirkan hanyalah dia padahal dia telah meninggalkan aku, meninggalkan kenangan yang kita buat bersama. Aku sangat sedih, aku merasa sangat kehilangan dirinya

Bunda waktu tuan melahirkan beta
Pada subuh kembang cempaka
Adakah ibu menaruh sangka
Bahwa begini peminta anakda?
Ibu, waktu ibu melahirkan aku, tidak akan terbesit dalam pikiranmu bu, bahwa pada saat aku membutuhkan cinta justru cinta itu meninggalkan aku. Aku tidak meminta dilahirkan dalam penderitaan cinta ini bu.

Wah kalau begini naga-naganya
Kayu basah dimakan api
Aduh kalau begini laku rupanya
Tentulah badan lekaslah fani.
Kalau begini keadaannya, seperti sesuatu yang tidak mungkin terjadi namun kalau begini suasana hatiku yang selalu bersedih hati karena ditinggal kekasihku bisa-bisa aku akan meninggal sebab selalu memikirkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar